Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Rizal Ramli meminta pemerintah untuk mengambil langkah dan kebijakan dalam mengantisipasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi dan Gefisika dunia bahwa Asia dan Australia termasuk Indonesia akan mengalami musim kemarau panjang dan udara panas (El Nino), mulai Agustus 2009- Februari 2010.
"Antisipasi antara lain dalam bentuk penyiapan cadangan bahan pangan agar Indonesia tidak mengimpor atas menurunnya produksi pertanian dari dalam negeri," katanya saat berbicara di depan puluhan peserta Rapat Tahunan Distributor Pelumas Evalube di Jakarta, Kamis.
Rizal mengatakan, dampak buruk El Nino pernah dialami Indonesia pada tahun 1977, 1997 dan 2003 yakni ditandai musim kemarau dan udara panas yang panjang, sehingga menurunkan produk pertanian yang menjadikan harga bahan makan menjadi naik dan inflasi juga tinggi.
Dia berharap, El Nino tidak akan menimpa di Indonesia terlalu lama, karena tahuan 2009-2010 merupakan tahun untuk proses pemulihan krisis global yang ditandai proses pemulihan ekonomi di Amerika Serikat.
Menurut Rizal yang juga mantan Mennteri Keuangan itu, mulai pertengahan 2009 ditandai menurunnya nilai mata uang dolar AS, merupakan kesempatan bagi Indonesia mendapatkan devisa yang besar yaitu dengan meningkatkan ekpor komoditas produk pertanian, perkebunan, pertambangan serta energi.
Selain itu, mulai 2009, jumlah angkatan kerja usia produktif 17-60 tahun penduduk Indonesia mencapai 80 juta, sehingga dapat dimanfaatkan SDM untuk mengelola komoditas ekspor tersebut dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Wiraswasta Gemilang Indonesia (WGI) Ari Batubara, PR WGI yang memproduksi pelumas Evalube berencana meningkatkan pangsa pasar di pelumas Indonesia yang saat ini sekitar lima persen menjadi 10 perse pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatan kualitas dan kuantitas produk, kualitas SDM dan kinerja organisasi perusahaan dan distributor.
Pada kesempatan terpisah, "Kebutuhan dana sedang kita hitung, itu yang menyebabkan mungkin defisit 2010 menjadi lebih besar dari 1,5 persen. Waktu 1997 kita harus impor sekitar 5 juta ton beras, tahun depan kita harus mengurangi bahkan swasembada diusahakan tetap ada dengan mengusahakan air tetap tersedia," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009