"Apa sih sumbangan Manohara kepada keraton selama ini. Saya kira keraton hanya menumpang popularitas dan ketenaran artis yang sedang naik daun itu," katanya kepada pers di Solo, Kamis.
Menurut dia, langkah Keraton Kasunanan Surakarta memberi gelar Kanjeng Mas Ayu Tumenggung (KMAT) kepada Manohara yang mendadak jadi terkenal setelah berseteru dengan suaminya, pangeran di Kelantan, Malaysia, itu tidak tepat.
Gelar Manohara itu akan diberikan pada Jumat (17/7) bersama dengan 75 orang lain dalam rangka Jumenengan Paku Buwono (PB) XIII Hangabei yang akan berlangsung Sabtu (18/7) di Keraton Kasunanan Surakarta.
"Gelar itu akan lebih tepat diberikan kepada Mbah Surip, pencipta dan penyanyi lagu Tak Gendong. Kalau caranya seperti ini, besok kalau ada penari yang fenomenal, entah bagaimana asal dan usulnya, juga bisa diberi gelar oleh keraton," katanya.
Sekarang ini, menurut dia, sudah terjadi pergeseran fungsional, bila dulu keraton menjadi lembaga pemangku adat dan budaya, saat ini bergeser menjadi institusi opini, bahkan terdorong bertindak komersial.
Pemberian gelar dari Keraton Kasunanan Surakarta untuk saat ini sangat mudah didapat, tidak seperti dahulu yang harus melalui seleksi ketat, seperti pengabdian seseorang kepada raja atau kerajaan dan lain-lain.
Dalam rangkaian Jumenengan PB XIII Hangbei tersebut di Bangsal Semorokoto Keraton Kasunanan Surakarta, Jumat (16/7) juga dilakukan wisuda pemberian gelar kepada para abdi dalem sebanyak 200 orang yang dilakukan oleh KGPH Puger.
Sebanyak 200 orang yang diwisuda mendapat gelar tersebut salah satu diantaranya artis kondang Dorce Gamalama dengan gelar Kanjeng Mas Ayu Tumenggung (KMAT).(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
kapan-kapan jual keraton....
(siapa ya?)