"Stok yang kami punya memang terbatas, dan jumlah itu memang yang dikirimkan oleh pusat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Kuspardani, Kamis.
Ia mengemukakan, jumlah stok yang memang minim tersebut yaitu sejumlah 2.000 butir (200 strip) diperuntukkan bagi 24 puskesmas di seluruh kabupaten yang terdapat di 22 kecamatan. Sehingga, dengan jumlah terbatas, pihaknya hanya memberi sekitar 10 strip untuk setiap puskesmas.
Pihaknya mengaku stok di masing-masing puskesmas memang sangat terbatas, terlebih Blitar dikenal sebagai sentra peternakan terutama unggas dan babi, namun Kuswardani mengaku tidak dapat berbuat banyak.
"Stok memang sedikit, tapi kami belum berencana mengajukan tambahan persediaan tamiflu. Kami memanfaatkan stok yang ada," katanya.
Ia mengaku, kebutuhan tersebut untuk saat ini dirasa cukup. Ia tidak ingin stok yang menumpuk tersebut menjadi kadaluarsa, seperti stok untuk kasus flu burung sebelumnya.
Dari stok tamiflu untuk kasus flu burung sebelumnya, pihaknya berencana menariknya dan diganti dengan stok tamiflu yang baru, yang batas kadaluarsanya berakhir 2011 mendatang.
Menyingggung dengan antisipasi, terlebih Kabupaten Blitar juga banyak tenaga kerja yang pergi ke luar negeri, Kuswardani mengaku, pihaknya hanya meminta agar puskesmas terdekat melakukan pengawasan.
Namun, ia mengaku, hingga kini belum menyiapkan alat khusus untuk pemantauan kondisi TKI maupun warga yang baru pulang dari luar negeri. Pihaknya hanya menyiapkan ruang khusus di rumah sakit untuk pengobatan sementara, sebelum dirujuk ke rumah sakit lainnya yang lebih lengkap.
Kuswardani mengaku, hingga kini pihaknya belum menerima laporan terkait pandemi flu babi, baik dari warga maupun TKI yang baru pulang luar negeri, maupun dari kasus lainnya.
Untuk mengantisipasi kasus tersebut, pihaknya mengimbau, agar warga memperhatikan tingkat kesehatan lingkungan dan ternak, baik unggas maupun babi, guna mencegah terjadinya pandemi flu khususnya flu babi.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009