"Tarik-menarik antara mahasiswa dengan pihak pengelola STIKES Surabaya cabang Kupang terkait ketidakjelasan status lembaga ini, sudah hampir satu bulan berlangsung, dan tiga hari belakangan ini tuntutan ratusan mahasiswa semakin brutal, sehingga kita minta campur tangan pemerintah daerah setempat untuk ikut memediasi persoalan ini," kata Simon Fatu, salah satu orang tua mahasiswa di Kupang, Rabu.
Menurut Simon, kehadiran satu lembaga pendidikan, apa pun namanya dan dari mana asal lembaga itu, tentu sepengetahuan pemerintah setempat, baik Kota Kupang maupun Provinsi NTT. Agar masalah ini tidak berkepanjangan, pemerintah setempat harus ikut memberi solusi, apalagi menyangkat masa depan pendidikan generasi penerus bangsa ini.
"Kita tidak ingin merepotkan pemerintah setempat, tetapi paling kurang, jika persoalan yang dihadapi mahasiswa dengan pihak lembaga sudah tidak ada jalan keluar mestinya ada campur tangan pemerintah daerah, untuk mencarikan jalan keluar yang terbaik," katanya.
Leksi, orangtua mahasiswa STIKES lain, mengatakan, pihak orangtua kini sedang berupaya ke Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VIII yang membawai perguruan tinggi swasata di Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), terkait dengan kejelasan status STIKES Surabaya di Kupang.
"Orangtua sedang berupaya mendatangkan Kopertis Wilayah VIII, agar menjelaskan keberadaan status STIKES Surabaya cabang Kupang di NTT, namun perlu juga campur tangan pemerintah, sehingga bisa mengurangi tingkat keresahan mahasiswa bersama orangtua saat ini," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Urbanus, orangtua lainnya di depan kampus STIKES, Rabu, (15/7).
Ia mengaku menyesal, karena keberadaan STIKES Surabaya di Kupang telah berjalan lebih tiga tahun dan letak kampusnya tak jauh dari kantor gubernur dan DPRD NTT, tetapi pihak pemda sepertinya tidak peduli dengan persoalan yang ada.
"Orangtua cukup kesal melihat tarik-menarik soal status lembaga ini. Kita minta pemerintah tidak menutup mata terkait dengan masalah ini," katanya.
Ia mengatakan, ratusan orangtua mahasiswa sudah menghabiskan dana puluhan juta ini, merasa kecewa dan dipresi dengan status kampus yang belum ada kejelasan.
"Para orang tua merasa kecewa dengan pihak kampus, karena merasa dibohongi. Meraka pun akan menempuh jalur hukum untuk mengadili pimpinan kampus, karena sampai saat ini rektor STIKES Surabaya sebagai pimpinan lembaga ini tidak memberikan penjelasan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009