Dumai (ANTARA News) - Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai, Riau, membantah terjadinya kebakaran dan ledakan di kilang minyak di unit itu Rabu siang dan menyatakan hanya terjadi kebakaran kecil akibat bocornya alat penukar panas.
"Tak ada ledakan atau kebakaran tetapi hanya flash (percikan api) yang terjadi di unit 100 CDU. Kejadian sekitar pukul 11.20 Wib sampai pukul 11.40 WIB," kata Kabag Humas Pertamina RU II Dumai, Kitty Andhora Nasution, dalam keterangan persnya, Rabu malam.
Menurut dia, kebakaran kecil itu terjadi karena adanya kebocoran di salah satu alat penukar panas (heat exchanger 100 E-7) yang akan dioperasikan, karena alat itu berfungsi sebagai alat transfer panas antara minyak mentah (crude oil) dengan residu.
Kitty Andhora menceritakan kronologis peristiwa tersebut, kejadiaannya heat ecxhanger 100-E-7 dalam keadaan siap untuk dioperasikan mengganti exchanger yang sedang beroperasi.
Tetapi, lanjut dia, ternyata ada kebocoran pada flange (penyambung pipa) karena bautnya longgar dan dilakukan penguncian baut yang longgar tersebut.
Tiba-tiba terjadi flash pada pukul 11.20 Wib dan upaya pemadaman segera dilakukan oleh operator lapangan di lokasi dan regu pemadaman kebakaran dengan menggunakan racun api dan dilanjutkan dengan menggunakan pemadam kebakaran.
"Api mulai padam pada pukul 11.40 Wib. Tidak ada korban dalam insiden tersebut dan tidak mengganggu operasional kilang dan distribusi BBM (Bahan Bakar Minyak)," katanya.
Sebelumnya, salah seorang petugas yang sedang bekerja di kilang minyak tersebut memberikan informasi kepada ANTARA perihal terjadinya insiden kebakaran pada salah satu pipa panas yang disertai dengan suara ledakan.
ANTARA yang memantau di pintu masuk lokasi kilang minyak itu beberapa saat setelah mendapat informasi, melihat empat mobil pemadam kebakaran datang memadamkan kobaran api di kilang serta dua unit mobil ambulan masuk ke lokasi dan tak lama kemudian keluar lagi.
Peristiwa sama pernah terjadi pada 15 Desember 2008, setelah sebuah tanker pengolah minyak mentah terbakar dan mengakibatkan kerugian sekitar Rp10 miliar.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009