Jakarta, 15/7 (ANTARA)- Menteri Kehutanan H. M.S. Kaban melepasliarkan 50 ekor Kura-kura Leher Ular (Chelodina mccordi) ke habitat aslinya di lahan basah Danau Peto, Dusun Peto, Desa Maubesi, Kec. Rote Tengah, Kab. Rote Ndao, Prov. Nusa Tenggara Timur pada Kamis, 16 Juli 2009.
Pelepasliaran ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan satwa ini dari ancaman kepunahan. Kura-kura leher ular adalah satwa endemik Pulau Rote yang semakin hari semakin berkurang populasinya karena permintaan pasar satwa peliharaan di Eropa, Amerika dan Jepang. Ancaman lainnya adalah semakin berkurangnya lahan basah sebagai tempat habitat Chelodina mccordi itu. Selain itu tidak adanya kawasan konservasi sebagai daerah yang dilindungi bagi habitatnya di Pulau Rote. Meskipun di Kabupaten Ndao terdapat dua kawasan konservasi yaitu Taman Buru Pulau Ndana dan Suaka Margasatwa Harlu, keduanya bukan merupakan habitat C. Mccordi.
Sampai saat ini Kura-kura leher ular Pulau Rote (Chelodina mccordi) belum memiliki status perlindungan. Menurut evaluasi International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List of Threatened Spesies, pada tahun 1996 satwa ini masuk kedalam status vulnerable, dan pada tahun 2000 statusnya dinaikkan menjadi Critically endanger/CR. Di Indonesia, LIPI mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan bahwa sejak tahun 2002 tidak merekomendasikan pemanfaatan komersial jenis ini dari alam.
Kura-kura leher ular Pulau Rote (Chelodina mccordi) termasuk filum Chordata, kelas Sauropsida, ordo Testudines, sub ordo Pleurodira, famili Chelidae, genus Chelodina, spesies Chelodina mccordi. Spesies ini memiliki bentuk yang unik : berukuran kecil, kepala menyerupai ular, dan sisi karapas yang unik melengkung ke atas. Panjang leher hampir sepanjang karapas sehingga untuk menyembunyikan kepalanya, leher harus dilipat melingkari karapas.
Pelepasliaran Kura-kura leher ular dilakukan di Danau Peto dengan beberapa pertimbangan di antaranya lokasi danau yang mudah dicapai untuk melakukan pemeliharaan dan pemantauan dan tidak berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk. Adat istiadat masyarakat sekitar yang kondusif terhadap kelangsungan hidup satwa. Kondisi air danau relatif stabil baik pada musim hujan maupun panas. Vegetasi sekitar danau yang ditumbuhi pohon kayu putih dan teratai yang cukup bagus bagi perkembangbiakan spesies ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Masyhud, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009