Washington (ANTARA News) - Pemimpin minoritas Uighur di pengasingan pada hari Selasa dengan tegas menjauhkan diri dari al Qaida dan mengecam ancaman al Qaida yang ingin menyerang kepentingan China sebagai pembalasan atas kematian orang-orang Uighur Muslim.

Rebiya Kadeer, pemimpin Kongres Uighur Dunia --yang bermarkas di Washington, mengatakan ia menentang penggunaan kekerasan dalam usaha mendapatkan hak-hak yang lebih besar bagi kelompok etnik di provinsi Xinjiang di bagian barat-laut China itu.

"Teroris global seharusnya tidak mengambil keuntungan dari aspirasi sah masyarakat Uighur dan tragedi sekarang ini di Turkmenistan Timur untuk melakukan aksi terorisme yang ditujukan kepada misi-misi diplomatik dan warga sipil China," ia mengatakan seperti dikutip AFP.

Kelompok al Qaida di negara Magribi yang bermarkas di Aljazair telah mengancam untuk menyerang kepentingan China, menurut lembaga konsultansi Stirling Assynt.

Ratusan ribu orang China bekerja di Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk 50.000 di Aljazair, menurut perkiraan lembaga yang memiliki kantor di London dan Hong Kong itu.

China menuduh Rebiya dan sejumlah anggota parlemen AS telah mendalangi kekerasan belum lama ini di Xinjiang.

Rebiya membantah tuduhan itu dan para anggota parlemen AS memperkenalkan resolusi yang meminta China menghentikan "fitnah"-nya kepada perempuan bekas pengusaha tersebut --yang berusia 62 tahun dan ibu 11 anak, yang telah menghabiskan enam tahun di sebuah penjara China.

Pemerintah China mengatakan bahwa kerusuhan di kota Urumqi di Xinjiang pada 5 Juli telah menyebabkan 184 orang tewas -- sebagian besar dari mereka orang Han, kelompok etnik yang dominan di China -- dan lebih dari 1.600 orang terluka.

Para pemimpin Uighur menuduh pasukan China yang memulai tembakan terhadap protes damai dan mengatakan bahwa sejumlah orang Uighur telah dibunuh dalam beberapa serangan massa berikutnya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009