Jakarta (ANTARA) - Kita saat ini memasuki bulan suci Ramadhan 1441 Hijriah dalam keadaan yang khusus, "istimewa", karena saya sendiri sudah berumur 40 an tahun belum pernah mengetahui atau mengalami wabah yang sedemikian dahsyatnya, yang sudah menjalar hampir ke seluruh negara di dunia.
Wabah ini bukan hanya berdampak pada urusan ekonomi kemasyarakatan tapi juga berdampak pada urusan-urusan keagamaan. Dulu, kalau kita membaca sejarah, dikisahkan ada sahabat Khalifah Umar bin Khattab ketika mau memasuki Palestina tiba-tiba dilarang oleh sahabat lainnya karena ada wabah di Palestina, dan Khalifah Umar mematuhi saran serta rekomendasi tersebut.
Banyak sekali cerita-cerita tentang sahabat terkait wabah. Misalnya, ada ulama hadist ternama yakni Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani (1372- 1449) menulis kitab berjudul Badzlu al Maun Fi Fadhli al Thaun yang membahas tentang fenomena thaun atau wabah penyakit menular. Karya beliau itu yang mengulas tentang wabah penyakit menular. Beliau memang "dekat" sekali dengan wabah, karena tiga anaknya meninggal dunia karena wabah penyakit tersebut.
Di samping kita mendapati karya-karya ulama, kita juga mendapatkan pelajaran dari sejarah masa lalu. ketika terjadi wabah di Mesir. Orang-orang ketika itu ingin mengusir wabah dengan berkumpul dan berdoa, tetapi yang terjadi adalah bukan wabah itu hilang atau berhenti, melainkan justru orang yang berkumpul itu sakit dan banyak yang meninggal dunia.
Itu juga terjadi pada hari ini, dalam situasi wabah pandemi ini, kita juga menyaksikan banyak kelomopok yang memaksa melakukan ibadah dengan memaksa berkumpul mengadakan majelis taklim, rapat akbar, dan lain-lain. Sebagian dari mereka itu juga akhirnya terkena wabah.
Mereka tidak mematuhi aturan di rumah saja, aturan tidak boleh berkumpul agar penyakit yang mewabah itu tidak menyebar. Tetapi mereka memaksa berkumpul dengan alasan tidak takut virus corona tetapi hanya takut kepada Allah SWT. Namun, kejadiannya sama dengan kejadian ratusan tahun lalu di Mesir. Mereka terkena penyakit, bukan wabahnya hilang.
Namun peristiwa-peristiwa ini juga bukan monopoli orang Islam, orang nasrani di Amerika, Korea Selatan, juga mengalami hal yang sama. Karena mereka ngeyel, tidak mematuhi aturan pemerintahnya, akhirnya mereka juga terkena wabah.
Saudra-saudara, mari kita segera berbenah diri dan mengambil pelajaran dengan apa yang terjadi. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari. Mari kita hindari, mari kita belajar dari peristiwa yang sudah terjadi.
Bukanlah sebuah aib, jika kita tidak menjalani ibadah shalat Tarawih berjamaah di masjid, bukanlah kesalahan jika kita tidak shalat Idul Fitri di masjid atau lapangan. Namun sebaliknya, itu adalah kewajiban kita untuk saling menjaga. Itu adalah kewajiban agama untuk hifzhun nafs, untuk menjaga diri dan jiwa kita agar terhindar dari malapetaka. Wallahu muwafiq ilaa aqwaamint thariq.
*) Ustadz Hamzah Sahal adalah seorang dai (penceramah).
Pewarta: Ustadz Hamzah Sahal *)
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020