Tegucigalpa, (ANTARA News) - Presiden sementara Honduras Robert Micheletti mengatakan dalam satu wawancara Minggu bahwa presiden terguling Manuel Zelaya tak dapat kembali memangku jabatan dalam kondisi apa pun, tapi Zelaya mungkin diberi pengampunan jika ia pulang diam-diam ke Honduras untuk menghadapi keadilan.

Kongres Honduras mengangkat Micheletti sebagai presiden pada 28 Juni, beberapa jam setelah Zelaya digulingkan dari jabatan oleh Angkatan Bersenjata.

Micheletti, yang diambil sumpahnya beberapa jam setelah militer menggulingkan Zelaya dari kekuasaan dan mengusir dia ke Kosta Rika, mempertahankan pendiriannya bahwa Zelaya tak dapat kembali memangku jabatan dalam kondisi apa pun.

Tak ada pemerintah asing yang mengakui Micheletti sebagai presiden dan Amerika Serikat serta Organisasi Negara Amerika (OAS) telah menyerukan pemulihan jabatan Zelaya.

Pemerintah sementara Micheletti menyelenggarakan pembicaraan dengan wakil Zelaya melalui penengahan Presiden Kosta Rika Oscar Arias, tapi pembicaraan itu nyaris tak menghasilkan kemajuan nyata, selain kesepakatan untuk terus mengadakan pembicaraan.

"Jika ia (Zelaya) pertama datang secara damai untuk bertemu dengan pemerintah ... bagi saya tak ada masalah (dengan amnesti bagi dia)," kata Micheletti dalam wawancara di istana presiden di Tegucigalpa.

Micheletti mengatakan Zelaya tak dapat kembali ke jabatannya "dalam kondisi apa pun" karena ia melanggar undang-undang dasar dengan secara tidak sah berusaha memperpanjang kekuasaannya melalui pencabutan batas masa jabatan presiden.

Zelaya, yang dipilih pada 2005 dan dijadwalkan meninggalkan jabatan pada 2010, hanya mengatakan pemulihan jabatannya dapat menyelesaikan krisis politik di Honduras.

Presiden terdepak tersebut, yang kini melakukan perjalana ke beberapa negara Amerika guna menghimpun dukungannya, berbenturan dengan landasan politiknya dan elit yang berkuasa di negara konservatif tersebut dengan bersekutu dengan Presiden sayap-kiri Venezuela, Hugo Chavez.

Pencabutan jam malam, yang telah diberlakukan dari pukul 23.00 sampai pukul 04.30 waktu setempat, membuat lega perasaan bagi rakyat di negara pengekspor kopi di AMerika Tengah itu, yang merupakan negara paling miskin ketiga di Amerika setelah Haiti dan Nikaragua.

Rakyat biasa Honduras telah berusaha menentang krisis kudeta tersebut.

Bahkan rakyat yang kaya telah merasakan cengkeraman. Di satu restoran kalangan atas El Patio, tempat Sabtu malam menjadi saat menikmati musik dan minuman, lampu neon menyala suram lebih awal di ruang makan malam yang setengah penuh meskipun tem sepak bola nasional sedang berlaga dan disiarkan melalui TV.

Zelaya mengatakan kepada stasiun Telesur, yang berpusat di Karakas pada Ahad bahwa ia bermaksud pulang "setiap waktu, kapan saja, di mana saja", bahkan sekalipun pemerintah baru berikrar akan menangkap dia.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009