Jakarta (ANTARA) - Badan Intelijen Nasional (BIN) menggelar rapid test massal dengan menggunakan mobile laboratorium (laboratorium berjalan), sebagai sarana menjangkau daerah-daerah rawan terjangkit virus corona, dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Aksi jemput bola tersebut merupakan instruksi dari Kepala BIN, Jenderal Pol. (Purn) Budi Gunawan, sebagai deteksi lanjutan terhadap penyebaran COVID-19 di Indonesia.

"BIN berharap rapid test yang digelar dengan mobile laboratorium dapat menekan angka penyebaran COVID-19 di Indonesia," ujar Sekretaris Utama (Sesma) BIN, Komjen Bambang Sunarwibowo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Kementerian PAN dan RB gelar uji cepat COVID-19 untuk pegawai
Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 di Kota Bogor bertambah tiga orang
Baca juga: Cara Korea Selatan dan Vietnam perangi COVID-19


Rapid test massal yang digelar BIN hari ini dipusatkan di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Selatan.

Pemeriksaan COVID-19 dengan laboraturium berjalan ini dilakukan dengan metode molekuler atau PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi positif atau tidaknya COVID-19 pada seseorang.

PCR Test tersebut diklaim mampu mendeteksi 70 hingga 100 persen, namun diprioritaskan untuk orang dengan risiko.

Adapun empat unit laboraturium berjalan yang disiapkan BIN mempunyai kapasitas uji 1.248 sampel per hari, yang diperuntukkan untuk melakukan sejumlah tes di daerah Jakarta dan sekitarnya.

Laboratorium berjalan tersebut juga dilengkapi test PCR yang lengkap dan telah memenuhi standar kesehatan. Peralatan di dalamnya berupa Bio Safety Cabinet (BSC), Thermo Scientific TSC Series (Freezer) Thermomixer, Rotor-Gene Q, Centrifigue 5424 R, Mikropipet, dan wastafel pencuci tangan.

Selain DKI Jakarta, rapid test ini juga akan dilaksanakan di provinsi-provinsi yang telah menjadi zona merah penyebaran COVID-19, seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali dan Sulawesi Selatan.

Baca juga: 24 warga Kebon Kacang jadi PDP karena hasil "rapid test" positif
Baca juga: Alat terbatas, "rapid test" massal di Gunung Kidul belum terlaksana

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020