Brisbane (ANTARA News) - Beberapa kasus flu babi yang terjadi di Amerika Serikat menimbulkan kecurigaan adanya kaitan erat antara obesitas dan resiko terpapar flu babi yang dapat mengakibatkan kematian bagi pengidapnya.
Dari statistik pengidap flu babi, didapati bahwa orang yang mengidap obesitas cenderung lebih parah terpapar penyakit itu.
Namun para petugas kesehatan berpendapat, penderita obesitas memang lebih sulit menghadapi penyakit flu babi akibat asma dan kondisi gangguan lain yang terkait dengan bobot tubuh yang berlebih, demikian diberitakan oleh kantor berita AAP.
Obesitas sebelumnya tidak pernah dikaitkan sebagai faktor pemantik flu musiman.
Namun berdasarkan penelitian yang dirilis pada Jumat (10/7), para petugas kesehatan merinci 10 pasien flu babi di Michigan, Amerika. Mereka dirawat secara intensif di Ann Arbor sejak akhir Mei hingga awal Juni. Tiga di antara mereka meninggal dunia.
Sembilan dari 10 pasien itu merupakan pengidap obesitas ekstrim. Hanya tiga dari 10 orang itu yang memiliki gangguan kesehatan lain.
Sementara dua dari tiga pasien yang meninggal dunia itu tidak menderita gangguan kesehatan selain obesitas.
Meskipun teori ini belum jelas betul kebenarannya, faktor obesitas memang tidak bisa diabaikan begitu saja.
"Tim medis harus berhati-hati menangani penyakit kompleks yang telah lebih dulu diderita oleh pengidap virus flu babi, terutama penyakit kelebihan bobot badan secara ekstrim," kata Dr Tim Uyeki, pakar flu dari "Centres for Disease Control and Prevention".
Hingga saat ini, kasus flu babi di Amerika telah mencapai 37.000 orang dengan angka kematian 211 orang.
Pandemi flu babi pertama kali diidentifikasi di California pada April 2009. Sejak itu, tercatat sekitar 94.000 kasus positif flu babi dikabarkan terjadi di lebih dari 100 negara, demikian data WHO.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009