pertumbuhan ekonomi di Tanah Air masih bergerak di level positif, sedangkan banyak negara maju mengalami kontraksi Produk Domestik Bruto, misalnya China yang terjerembab di minus 6,8 persen.
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menilai realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2020 yang sebesar 2,97 persen secara tahunan (year on year/yoy) masih relatif baik dibandingkan sejumlah negara di dunia yang perekonomiannya terkontraksi hingga ke level negatif.
Presiden, dalam Sidang Kabinet Paripurna melalui konferensi video dari Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air masih bergerak di level positif, sedangkan banyak negara maju mengalami kontraksi Produk Domestik Bruto, misalnya China yang terjerembab di minus 6,8 persen.
“Coba kita lihat beberapa negara yang kontraksi dan tumbuh negatif, China turun dari plus enam persen menjadi minus 6,8 persen, artinya secara tahunan (Year on Year/YoY), delta 12,8 persen, Prancis deltanya 6,25 persen. Minus, Hong Kong delta 5,9 persen, Italia delta 4,95 persen tumbuh negatif,” jelas Presiden.
Baca juga: BI: Stimulus fiskal pemerintah topang pertumbuhan ekonomi RI
Namun Presiden mengakui secara kuartal ke kuartal, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang lebih lambat dibandingkan kuartal IV 2019 yang sebesar 4,97 persen. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I tahun ini secara kuartalan terkontraksi di sekitar 2,41 persen (guarter to guarter/q-to-q) dibandingkan triwulan IV 2019.
"Turun delta 2 persen. lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di kuartal IV 2019, yang tumbuh 4,97 persen," kata Presiden.
Untuk memulihkan laju pertumbuhan, Presiden meminta jajaran kementerian dan pimpinan lembaga untuk merumuskan solusi agar pertumbuhan Produk Domestik Bruto membaik. Pemerintah pusat akan menyiapkan skenario pemulihan ekonomi dari dampak pandemi virus Corona baru atau COVID-19.
Kepala Negara juga meminta jajarannya untuk memulihkan sektor dan subsektor ekonomi yang melambat di paruh pertama tahun ini, seperti industri manufaktur.
“Untuk itu saya minta menteri bidang ekonomi perhatikan angka-angka yang saya sampaikan secara detail. Mana saja sektor dan subsektor yang mengalami kontraksi terdalam, dicarikan stimulusnya sehingga program stimulus ekonomi harus kita buat dan tepat sasaran, dan mulai merancang skenario pemulihan,” ujar dia.
Baca juga: Gubernur BI: Pertumbuhan ekonomi RI termasuk tertinggi di dunia
Sebelumnya, pada Pada Selasa (5/5), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2020 hanya tumbuh 2,97 persen atau terkontraksi dibandingkan periode sama tahun lalu 5,07 persen.
"Kondisi ini sama seperti yang dialami negara-negara lain yang mengalami perlambatan begitu dalam," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Selasa.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020