London (ANTARA News/AFP) - Ledakan merenggut jiwa seorang prajurit Inggris di Afghanistan, Jumat, sehingga jumlah prajurit yang tewas menjadi 10 dalam beberapa hari ini, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Inggris.

Prajurit dari Resimen Tank Kerajaan itu tewas akibat ledakan yang terjadi selama operasi di dekat Nad-e-Ali, provinsi Helmand, pada pagi hari 10 Juli 2009, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Keluarga dekat prajurit itu telah diberi tahu mengenai kematiannya.

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown memperingatkan Jumat bahwa pasukan di Afghanistan menghadapi "musim panas yang sangat keras".

Jumlah prajurit Inggris yang tewas meningkat tajam sejak pasukan mereka melancarkan serangan lintas udara besar-besaran yang bersandi Operasi Cakar Macan Kumbang bulan lalu terhadap markas Taliban di dekat Gereshk di provinsi Helmand di Afghanistan selatan.

Sementara itu, seorang prajurit Amerika anggota Pasukan Bantuan Keemanan Internasional (ISAF) tewas dalam ledakan bom di Afghanistan selatan, kata militer AS dan ISAF, Jumat.

Bom yang dipasang oleh gerilyawan itu meledak ketika kendaraan prajurit tersebut sedang lewat pada Kamis, kata ISAF dalam sebuah pernyataan resmi tanpa menyebutkan kewarganegaraan korban

"Seorang prajurit ISAF tewas ketika kendaraan yang dinaikinya diserang ledakan bom improvisasi di Afghanistan selatan pada 9 Juli," kata jurubicara angkatan darat AS Kapten Elizabeth Mathias, yang mengkonfirmasi kepada AFP bahwa prajurit itu warga Amerika.

Pasukan internasional yang membantu pasukan Afghanistan memerangi gerilyawan Taliban dan sekutunya di Afghanistan menjelang pemilihan umum 20 Agustus telah kehilangan hampir 30 prajurit sepanjang bulan ini, menurut situs independen icasualties.org yang mencatat jumlah korban dalam perang di negara itu.

Dalam kekerasan lain, polisi Afghanistan mengatakan, 22 orang tewas dalam operasi pasukan ISAF pimpinan NATO terhadap Taliban pada Kamis malam.

Menurut penduduk setempat hanya tiga orang dari para korban itu adalah gerilyawan dan sisanya warga sipil, kata kepala kepolisian provinsi Ghazni Khialbaz Sherbaz.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan aksi perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh di antaranya militan berhasil kabur.

Taliban telah memperingatkan bahwa mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan Afghanistan dan pasukan internasional yang mendukung mereka.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional akan bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.

Pemberontakan meningkat dalam beberapa pekan terakhir ini, yang menambah kekhawatiran mengenai keamanan dalam pemilihan presiden Afghanistan yang kedua itu.

Pemilu yang akan menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.

Terdapat sekitar 90.000 prajurit asing, sebagian besar dari AS, di Afghanistan untuk memerangi Taliban dan membantu melatih pasukan Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009