London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak anjlok hingga di bawah 59 dolar AS Jumat karena munculnya kekhawatiran baru setelah Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa tanda-tanda pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak dunia menghilang.
Namun IEA menambahkan dalam laporan bulanannya yang terbaru bahwa pada tahun depan permintaan akan meningkat secara dramatis.
Kontrak berjangka utama di New York, minyak mentah light sweet untuk penyerahan Agustus turun 95 sen menjadi 59,46 dolar AS per barel, setelah sebelumnya sempat menyentuh titik terendah 58,72.
Pada perdagangan sore hari di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Agustus turun 82 sen menjadi 60,28 dolar AS per barel.
"Harga minyak mentah sudah mengarah pada penurunan terbesar sejak Januari setelah dolar AS menguat terhadpa euro, mengurangi minat terhadap komoditas sebagai perlindungan terhadap inflasi," kata David Evans, seorang analis pasar pada BetOnMarkets.com.
"Harga minyak telah turun sekitar 10 persen selama pekan ini di tengah kekhawatiran berlanjutnya resesi global bisa mengurangi permintaan energi."
Sebelum penurunan pada pekan ini, harga minyak telah naik lebih dari 60 persen sejak awal tahun, didorong sebagian oleh pelemahan dolar AS dan adanya harapan terhadap pemulihan ekonomi global, kata analis.
"Kondisi permintaan dan pasokan tiadk mendukung kenaikan harga yang begitu cepat," kata Gavin Wendt, seorang analis pada perusahaan konsultan penelitian Fat Prophets, Jumat.
Dalam dua bulan terakhir sejumlah ekonom menyatakan bahwa resesi global sudah mencapai titik dasar dan diperkirakan ada pemulihan yang kuat pada semester kedua tahun ini, kata IEA pada hari Jumat.
Tetapi dalam dua pekan terakhir arahnya berubah tiba-tiba, dimana sejumlah indikator utama ekonomi dan energi terus menunjukkan pelemahan, mengindikasikan bahwa kenaikan harga yang terjadi lebih disebabkan oleh penumpukan cadangan minyak bukan karena peningkatan permintaan pengguna akhir, kata IEA.
"Oleh karena itu kami masih skeptis terhadap peningkatan permintaan pada semester kedua tahun 2009, walaupun permintaan China melenihi perkiraan," tambah IEA.
Harga minyak sempat naik sedikit pada hari Kamis setelah sebelumnya anjlok hingga di bawah 60 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak akhir Mei karena pasar terganggu oleh penurunan permintaan energi di sejumlah negara ekonomi utama.
Dalam laporan cadangan minyak mingguan Rabu, Departemen Energi AS melaporkan terjadinya penurunan tajam cadangan bensin dan produk minyak lainnya pada pekan yang berakhir pada 3 Juli.
Walaupun cadangan minyak mentah anjlok lebih dari perkiraan 2,9 juta barel, penurunan itu terjadi karena lonjakan penggunaan di pengilangan.
Sebaliknya cadangan produk-produk minyak AS melonjak dalam beberapa pekan karena pelemahan permintaan di tengah memburuknya resesi ekonomi yang mulai terjadi pada Desember 20007.
Permintaan minyak AS dalam empat pekan terakhir turun 5,9 persen dari periode serupa tahun 2008.
Pada hari Ranu lalu, para pemimpin negara kelompok delapan (G8) mengadakan pertemuan di Italia yang secara implisit menyetujui harga minyak berada sekitar 765 dolar AS per barel, harga yang diinginkan organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) sejak tahun lalu.
G8 sepakat harga minyak pada 70-80 dolar AS per barel cukup memadai.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009