Permintaan bahan bakar di seluruh dunia turun sekitar 30 persen pada April, tetapi permintaan meningkat sedikit karena upaya untuk mencabut pembatasan perjalanan.

New York (ANTARA) - Harga minyak mentah melonjak pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena beberapa negara Eropa dan Asia bersama dengan beberapa negara bagian Amerika Serikat mulai melonggarkan langkah-langkah penguncian atau lockdown virus corona.

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik 3,77 dolar AS atau 13,86 persen menjadi ditutup pada 30,97 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik 4,17 dolar AS atau 20,45 persen menjadi 24,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange,

Baca juga: Minyak melonjak, negara-negara longgarkan penguncian, produksi turun

Reli memperpanjang kenaikan minyak mentah Brent menjadi enam hari berturut-turut, sementara patokan AS WTI kini telah reli untuk lima sesi berturut-turut. Permintaan bahan bakar di seluruh dunia turun sekitar 30 persen pada April, tetapi permintaan meningkat sedikit karena upaya untuk mencabut pembatasan perjalanan.

Harga memperpanjang kenaikan mereka setelah perdagangan reguler meskipun data industri menunjukkan persediaan mingguan minyak mentah AS bertambah lebih besar dari perkiraan, ketika laporan itu juga menunjukkan kejatuhan besar dalam stok bensin.

Persediaan minyak mentah AS naik 8,4 juta barel pekan lalu, data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan Selasa malam (5/5/2020). Analis memperkirakan kenaikan 7,8 juta barel menjelang laporan pemerintah pada Rabu pagi.

API juga melaporkan stok bensin turun 2,2 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 43.000 barel, menandakan bahwa permintaan mulai pulih.

Italia, Spanyol, Nigeria dan India, serta beberapa negara bagian AS termasuk Ohio, mulai mengizinkan beberapa orang untuk kembali bekerja dan membuka situs konstruksi, taman, dan perpustakaan. Namun, para pakar kesehatan telah memperingatkan bahwa langkah seperti itu dapat menyebabkan infeksi virus corona meningkat lagi.

Baca juga: Kapasitas tangki minyak Indonesia minim untuk impor, kata DEN

"Pasar mulai menyadari bahwa penghancuran permintaan telah mengerikan, tetapi kami membuka kembali dan permintaan akan menjadi lebih baik," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. "Tetapi kemunduran produksi baru saja dimulai."

Presiden AS Donald Trump memuji langkah-langkah oleh negara-negara bagian untuk membuka kembali ekonomi mereka.

Lalu lintas kendaraan di sebagian besar Amerika Serikat, termasuk bagian-bagian yang belum mencabut perintah tinggal di rumah, juga telah meningkat, kata riset RBC Capital Markets dalam sebuah catatan.

Bank Swiss UBS mengatakan pelonggaran pembatasan akan membantu menyeimbangkan penawaran dan permintaan, yang mengarah ke kekurangan pasokan pada kuartal keempat.

Morgan Stanley mengatakan puncak kelebihan pasokan di pasar global kemungkinan telah tercapai dan krisis penyimpanan berkurang.

"Persediaan telah meningkat tetapi tidak sekuat yang ditakuti: Dengan langkah-langkah jarak sosial meningkat pada Maret ... peningkatan persediaan yang diamati tidak sekuat yang ditakuti," katanya dalam sebuah catatan.

Baca juga: Pengamat: Harga BBM Indonesia masih kompetitif di ASEAN

Ekspor minyak mentah Arab Saudi pada Mei diperkirakan turun menjadi sekitar 6 juta barel per hari (bph), terendah dalam hampir satu dekade, kata sumber industri dan analis.

Eksportir utama itu memangkas produksi mulai Mei di bawah pakta pasokan dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia.

Namun, Kepala Eksekutif Vitol Russell Hardy mengatakan kepada Reuters, permintaan puncak jangka panjang mungkin terkikis secara permanen. Permintaan minyak global merosot 26 juta menjadi 27 juta barel per hari (bph) pada April, dan Hardy memperkirakan penurunan tahun ke tahun lebih dari 8 juta barel per hari.

Selain itu, lalu lintas udara diperkirakan tidak akan pulih segera, yang akan memperlambat pemulihan permintaan bahan bakar.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020