Jakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma`ruf Amin, menyatakan kebijakan pemerintah China yang melarang kegiatan sholat Jumat di masjid-masjid di Urumqi, provinsi Xinjiang, China, setelah terjadi bentrokan antara etnis di kawasan tersebut tidak tepat.
"Seharusnya kerusuhan antar etnis diselesaikan dengan jalan damai dan musyawarah antara pihak yang berbeda pendapat, bukannya melarang salah satu pihak menjalankan ibadahnya" ujarnya di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, China seharusnya mencontoh Indonesia yang memiliki banyak suku dan agama namun bisa mengatasi perbedaan tersebut dengan jalan damai dan mengusahakan agar rakyatnya hidup berdampingan.
Dia menyayangkan sikap pemerintah China yang menggunakan alasan pelarangan sholat Jumat karena ingin menghindari bentrokan yang lebih luas lagi. Pemerintah China, katanya, harus menarik keputusan pelarangan tersebut karena telah melanggar Hak Asasi manusia (HAM) yang menjunjung tinggi kebebasan seseorang memeluk dan menjalankan ibadah menurut kepercayaan masing-masing.
"China yang merupakan salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB telah melanggar HAM karena melarang orang lain menjalankan ajaran agamnya," kata Ma`ruf.
Seperti diberitakan, mesjid-mesjid di kota Urumqi, diperintahkan menutup pelaksanaan shalat Jumat hari ini. Sementara polisi dikerahkan untuk mencegah kemungkinan meletusnya aksi kerusuhan baru antaretnis yang mematikan.
Sebelumnya pada Minggu (5/7) terjadi bentrokan antara suku minoritas di Urumqi, Uighur, dan kelompok etnis Han yang lebih dominan. Pemerintah China mengatakan, 156 tewas dan lebih 1.000 orang lainnya cedera, pada saat kaum Uighur diserang etnis Han.
Aksi kerusuhan berlanjut awal pekan ini pada saat ribuan orang Han tumpah di jalan-jalan bersenjatakan pisau, galah, serta senjata buatan lainnya, dan berikrar untuk melakukan balasan terhadap suku Uighur.
Setelah bentrokan tersebut, sejumlah Muslim Uighur mengatakan, mereka diperintahkan untuk melaksanakan shalat di rumah, pada saat pasukan bersenjata dikerahkan ke jalan-jalan di ibukota wilayah barat laut Xinjiang hari ini.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009