Jayapura (ANTARA News) - Sumber daya arkeologi yang dimiliki masyarakat Indonesia menjadi bukti berharga atas kebesaran sejarah budaya bangsa.
Menurut Kepala Balai Arkeologi Jayapura, Drs.M.Irfan Mahmud,M.Si di Jayapura, Jumat, sumber daya arkeologi merupakan bagian dari sumber daya budaya yang keberadaannya di Indonesia tersebar hampir di seluruh wilayah Nusantara.
"Sumber daya arkeologi yang dimiliki bangsa Indonesia patut dibanggakan karena sangat beragam, unik dan setiap daerah punya ciri-ciri khusus yang berbeda satu sama lain," tandasnya.
Hal tersebut membuktikan bahwa masing-masing daerah memiliki keunggulan sebagai wujud kemampuan lokal masyarakat setempat.
Selanjutnya dia mengatakan, kekayaan arekologi ini dapat menjadi potensi yang sangat menguntungkan jika dikelola dengan baik dan benar sehingga dapat membawa kemajuan bagi bangsa dan memperkuat persatuan dan kesatuan.
Di Papua, bukti nyata dari tersedianya sumberdaya arkeologi tersebut adalah ditemukannya peninggalan arkeologi berumur pra sejarah antara 40.000 - 30.000 tahun sebelum masehi dalam bentuk lukisan-lukisan dinding gua, misalnya di Kabupaten Biak dan Kabupaten Jayapura.
Adapula hingga peninggalan kehidupan masyarakat periode penyebaran agama Islam, terutama di daerah Kepala Burung. Dibuktikan dengan ditemukannya Situs Makam Islam di Lapintal, Kabupaten Raja Ampat, Situs Islam di Pulau Nusmawan, Kabupaten Teluk Bintuni dan lain sebagainya.
Sedangkan peninggalan jaman kolonial dapat dijumpai di sejumlah tempat di Kota dan Kabupaten Jayapura yang pernah dijadikan lokasi pendaratan dan markas pasukan sekutu pada Perang Dunia II.
"Peninggalan arekologi ini menunjukkan kedinamisan kehidupan masyarakat Papua dari masa ke masa," tandas Irfan.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa peninggalan budaya masa lampau yang tersebar, khususnya di wilayah Papua memiliki berbagai nilai dan makna dalam bidang ilmu pengetahuan, estetika, ekonomi yang menjadi modal pembangunan bangsa.
Oleh sebab itu, pengelolaan sumber daya arkeologi harus mendapat perhatian dari pemerintah daerah, masyarakat pemilik kekayaan budaya dan juga masyarakat luas.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009