Jakarta (ANTARA News) - PT Priamanaya Energi menggandeng perusahaan China, East Hope, akan membangun industri pengolahan (smelter) alumina dengan investasi 1,6 miliar dolar AS (sekitar Rp16 triliun).
Proyek alumina itu akan memanfaatkan tambang bauksit milik Priamanaya yang berada di provinsi Bangka Belitung (Babel) untuk diolah menjadi alumina, kata Direktur PT Priamanaya Energi, Adhi Satria kepada pers di Jakarta, Jumat.
"Penandatanganan kerja sama atau MoU antara Priamanaya dengan East Hope sudah dilakukan dan tiga bulan mendatang diharapkan kita sudah mulai melakukan studi kelayakan atau feasibility study (FS)," katanya.
Alumina merupakan bahan baku logam aluminium. Salah satu perusahaan yang membutuhkan alumina untuk dijadikan aluminium adalah PT Indonesian Asahan Aluminium (Inalum).
Menurut CEO Djan Resources, unit usaha Priamanaya, Susilo Dwijantoro, industri smelter alumina tersebut ditargetkan mampu memproduksi satu juta ton alumina per tahun dan 500 ribu ton per tahun dalam bentuk ingot alumina.
"Kalau studi kelayakannya menyatakan bisa dilanjutkan, maka kami akan mulai proyek ini. Dari FS itu pula nanti akan ditentukan lokasi industrinya apakah di Babel atau di Prabumulih, Sumatera Selatan," jelas Susilo.
Saat ini, total produksi alumina dunia mencapai 60-65 juta ton per tahun. Produk smelter alumina pada umumnya digunakan untuk proyek-proyek infrastruktur.
Selain Priamanaya, BUMN pertambangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga berencana membangun pabrik pengolahan alumina di Tayan, Kalimantan Barat. Untuk mewujudkan tersebut, Antam akan berkongsi dengan Russian Aluminium (Rusal), produsen alumunium dan alumina asal Rusia.
Antam dan Rusal akan membangun pabrik pengolahan alumina dengan kapasitas produksi 1,2 juta ton per tahun. Proyek itu memerlukan dana sekitar 1,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 12 triliun). Namun belakangan proyek itu dikabarkan terancam batal sebagai imbas krisis keuangan global yang melanda Eropa dan Amerika Serikat (AS).(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009