Jakarta (ANTARA News) - Selama beberapa tahun terakhir, banyak lembaga pendidikan di Indonesia sudah mulai banyak membuka program internasional dan memperbaiki kurikulumnya.

Semua ini tidak lepas dari cita-cita untuk menjadi perguruan tinggi yang memberi perhatian besar pada riset agar dalam proses ajar mengajar tidak sekadar mentransfer ilmu dari buku ke mahasiswa tetapi tenaga pengajar benar-benar memahami permasalahan di lapangan melalui riset yang dilakukannya.

"Kami ingin menjadi perguruan tinggi yang menjadikan riset sebagai andalan. Karena itu kami sedangkan merintis penelitian pada 100 perusahaan lokal terkemuka dengan standar penelitian yang berkualitas tinggi," kata Dekan Bina Nusantara Business School (BBS), Firdaus Alamsjah, di kantornya yang terletak di kawasan Senayan, Jakarta Selatan.

Apa saja langkah konkrit BBS menuju pengakuan dunia, berikut petikan wawancara Amie Fenia Arimbi dari ANTARA News dengan Firdaus di ruang kerja di Jalan Hang Lekir, Jakarta:

ANT: Apa visi BBS tentang sebuah lembaga pendidikan berkelas dunia?

Firdaus Alamsyah (FA): Pendidikan berkelas dunia itu artinya pendidikan yang memiliki kualitas tinggi dengan standar tertentu yang diakui dunia internasional. Dengan standar tersebut maka mahasiswa Indonesia tidak perlu lagi jauh-jauh kuliah di luar negeri dengan alasan pendidikan disana lebih baik. Perguruan kita sebenar mampu, terlebih lagi, jika riset yang dilakukan adalah riset-riset pada perusahaan terkemuka di Indonesia sehingga kita bisa mengungkapkan kelebihan perusahaan dalam negeri dan obyek penelitian menjadi lebih membumi.

ANT: Apa upaya yang dilakukan untuk bisa meyakinkan masyarakat agar punya persepsi yang kuat pada Binus?

FA: Kami berkeinginan Binus menjadi sebuah institusi penghasil ilmu pengetahuan yang diakui dunia internasional. Binus di masa depan harus bisa menghasilkan karya pengetahuan sendiri dan mendapat perhatian dunia. Kami melihat selama ini dalam dunia pendidikan di Indonesia, terutama di bidang bisnis, masih banyak yang menggunakan pola lama. Pengajar membaca buku lalu mentransfernya kepada mahasiswa. Referensi (buku-buku dan kasus) yang digunakan sebagian besar dari luar negeri dimana penerapannya belum tentu cocok di Indonesia.

ANT: Mengapa?

FA : Karena, suasana bisnis di setiap negara berbeda dan tidak semua sistem luar negeri bisa diterapkan di Indonesia. Ide membuat riset sendiri sebenarnya berawal dari pemikiran bahwa untuk mencapai status sebagai lembaga pendidikan kelas dunia berarti kami harus bisa membuat suatu inovasi dan menjadi trendsetter baik di lingkup dalam maupun luar negeri. Untuk menjawab tantangan inilah Binus Business School hadir dengan mengusung riset bisnis perusahan-perusahaan di Indonesia.

ANT: Sejauh ini apa yang sudah dilakukan BBS dalam mewujudkan hal tersebut?

FA: Kami telah melakukan suatu inovasi di bidang pendidikan nasional, khususnya di bidang pengajaran bisnis dengan membuat riset sendiri berdasarkan sampel perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Sejak tahun 2007 hingga 2008, binus sudah melakukan 44 buah riset. Direncanakan riset akan bertambah menjadi 100 pada tahun 2010. Hasil riset akan kami laporkan ke perusahaan yang menjadi klien dan sekaligus digunakan sebagai bahan bagi para peneliti dan dosen untuk mengajar di kelas dan diforum pelatihan dan sebagainya. Dengan bahan-bahan studi kasus di dalam negeri, mahasiswa dan peserta pelatihan dapat menyerap ilmu bisnis yang diajarkan lebih cepat karena subjek riset familiar di mata mereka. Mahasiswa juga diharapkan bisa menerapkan ilmu yang diajarkan bisa diaplikasikan dengan baik begitu mereka menamatkan pendidikannya di Binus Business School.

ANT: Bagaimana mekanisme riset ini sendiri?

FA: Riset bisa dilakukan berdasarkan pemesanan oleh perusahaan bersangkutan. Biasanya mereka ingin Binus membuat survei di lingkup internal perusahaan dengan tema seperti persepsi eksekutif perusahaan terhadap inovasi produk atau pengaruh Informasi Teknologi (IT) dalam kelancaran usaha. Selain lewat pemesanan, Binus juga melakukan riset berdasarkan inisiatif sendiri. Perhatian kami pada riset pengembangan produk perusahaan, strategi bisnis perusahaan, pemasaran produk serta pengaruh figur kepemimpinan terhadap keberhasilan usaha. Beberapa perusahaan yang telah bekerjasama dengan Binus Busniness School antara lain Martha Tilaar Group, ABN Amro Group, PT Yamaha Motor Kencana Indonesia, PT Unilever dan PT Pamapersada Indonesia.

ANT: Bagaimana ekspektasi Binus Business School sendiri terhadap mahasiswanya?
FA: Kami ingin menciptakan lulusan yang memiliki kepercayaan diri karena memiliki tiga hal yang didapatnya dari Binus yakni pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Dari segi pengetahuan, kami mengharapkan lulusan Binus tidak hanya mengetahui teori bisnis tapi juga bisa menerapkannya dalam dunia pekerjaan. Mereka juga harus dilengkapi dengan ketrampilan dalam berhubungan dengan masyarakat dan mitra bisnis seperti negosiasi dan kerjasama yang baik.

Disinilah Binus dengan tujuh pilihan jurusan untuk sarjana Strata Satu (S1) dan tiga jurusan untuk gelar Master (S2) berusaha membentuk mahasiswanya sesuai dengan visi yang diputuskan. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009