Bahkan ada dugaan sejumlah tokoh partai melakukan penggembosan agar pasangan ini tidak mencapai angka signifikan. Iskandar Mandji di Senayan Jakarta, Jumat juga menyatakan, kekompakan faktor internal sangat berpengaruh terhadap perolehan suara JK-Win.
Dalam kaitan ini, kekompakan atan soliditas Golkar menghadapi pilpres sangat rapuh.
"Yang saya bingungkan mengapa kader Golkar tidak punya kebanggaan ketika Ketua Umumn-ya (Jusuf Kalla, red) maju sebagai capres. Padahal ini sejarah bagi Golkar, tetapi elite parpolnya ke sana kemari nggak punya komitmen," katanya.
"Sangat tidak `fair` jika kesalahan hanya dibebankan kepada Kalla. Padahal, Kalla sudah mengeluarkan dana besar untuk membiayai partai. Seharusnya kader Golkar "angkat topi"(hormat, red) memberikan penghargaan," katanya.
Iskandar juga menambahkan, manuver sejumlah elite Golkar yang mau menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) sangat mempengaruhi opini kader. Karena itu, elite Golkar yang bergerilya untuk munaslub harus bertanggung jawab atas kekalahan JK-Win.
Meskipun tak menyebut nama, kekesalan politisi asal Makassar tersebut mengarah pada aliansi tiga tokoh Golkar yang bernisial A.
Dari tiga tokoh itu, satu diantaranya pernah menjabat ketua umum, satu sedang menjabat dewan penasihat sekaligus salah satu menteri dan satu lagi sedang menjabat pengurus harian di DPP Golkar dan memiliki posisi terkemuka di DPR.
Tiga tokoh itu sejak lama "menggalang" kekuatan ke daerah-daerah untuk menggalang percepatan munas. Bahkan, mereka sudah enam kali mengumpulkan Ketua DPD I dan DPD II Golkar untuk konsolidasi di Jakarta.
Konsolidasi dilanjutkan di daerah-daerah dengan mengatasnamakan pemenangan JK-Win. Mereka berencana untuk berbagi posisi di DPP Golkar, yaitu sebagai ketua umum, ketua dewan penasehat dan sebagai Wakil Ketua Umum ataupun sekjen. Jika rencana ini sukses, maka Golkar akan kembali berkoalisi dengan Partai Demokrat untuk mendukung pemerintahan mendatang.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009