New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak merangkak naik pada Kamis waktu setempat, setelah merosot di bawah 60 dolar AS di New York untuk pertama kalinya sejak akhir Mei karena pasar mempertimbangkan jatuhnya permintaan energi di ekonomi-ekonomi utama.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Agustus naik 27 sen menjadi ditutup pada 60,41 dolar AS per barel.
Di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Agustus naik 67 sen menjadi menetap pada 61,10 dolar AS per barel.
"Tidak mengherankan, harga minyak berbalik naik setelah turun untuk enam sesi berturut-turut," kata John Kilduff dari MF Global.
"Ini hanya menunjukkan bahwa pasar telah memasuki wilayah kelebihan jual dan tidak ada persepsi yang berubah."
Kontrak berjangka New York dalam perdagangan harian sempat turun ke posisi 59,25 dolar AS, menembus ambang batas 60 dolar AS untuk pertama kalinya sejak 26 Mei.
Kontrak telah kehilangan lebih dari 13 dolar AS dari posisi tertinggi pekan lalu.
"Untuk beberapa orang, mereka melihat pada 60 dolar AS dan mereka ingin membeli pada tingkat itu," ujar Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.
Namun, katanya, "apa yang memberatkan di pasar adalah jumlah persediaan" di Amerika Serikat, di konsumen energi terbesar dunia.
Dalam laporan mingguan persediaan minyak pada Rabu, Departemen Energi AS melaporkan kenaikan tajam pada persediaan bensin dan produk minyak dalam pekan lalu.
Meskipun persediaan minyak mentah jatuh lebih curam dari yang diperkirakan 2,9 juta barel pada pekan yang berakhir 3 Juli, penurunan ini didorong oleh lonjakan penggunaan kilang minyak.
Yang kontras, stok produk minyak AS telah membengkak dalam beberapa pekan terakhir karena lemahnya permintaan di tengah resesi yang parah yang dimulai pada Desember 2007.
Permintaan minyak AS selama empat pekan lalu turun 5,9 persen dari periode yang sama pada 2008.
"Umumnya, konsumsi minyak secara signifikan di bawah level tahun lalu di Amerika Serikat, Eropa dan OECD Asia, khususnya di Jepang," ujar Francisco Blanch dalam sebuah laporan riset Bank of America Securities-Merrill Lynch.
"Dengan minyak mentah dan persediaan produk minyak bumi yang sangat tinggi, kami berpendapat bahwa dalam waktu dekat setiap kenaikan harga minyak akan terbatas," ujarnya.
"Lebih penting lagi, kami percaya kepatuhan OPEC akan lebih mudah lagi selama beberapa bulan ke depan, karena harga tinggi mendorong peningkatan produksi di antara anggota kartel."
Dalam kisaran 60 dolar AS, harga sekitar 25 persen di bawah tingkat yang diharapkan secara resmi ditetapkan oleh sebagian besar konsumen dan produsen minyak.
Pada Rabu, pertemuan puncak pemimpin Kelompok Delapan (G-8) di Italia mutlak menyetujui minyak sekitar 75 dolar AS per barel, sasaran harga yang ditentukan oleh OPEC setahun yang lalu.
Para pemimpin G-8 sepakat bahwa 70-80 dolar AS adalah harga yang "adil" untuk satu barel minyak, seorang juru bicara wanita untuk Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009