"Saya melihat banyak sebenarnya pelaku usaha yang bergerak dengan nalurinya untuk agar dapat bertahan di tengah Covid-19 dengan melakukan pivoting atau exit," kata Lucky Esa dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.
Dia mengambil contoh pelaku usaha perhotelan yang mengambil langkah pivoting, yakni beberapa hotel yang mengubah dan menawarkan kamarnya sebagai paket isolasi mandiri bagi mereka yang mengungsi atau melakukan isolasi mandiri karena diduga terinfeksi wabah Covid-19.
Sedangkan contoh pelaku usaha yang menjalankan langkah exit yakni bagaimana beberapa pelaku perhotelan beralih menjadi pengepul atau pengumpul bahan-bahan sembako, kemudian melakukan jasa antar kiriman sembako kepada masyarakat.
Baca juga: Kemenparekraf ajak usaha kreatif lewat #BeliKreatifLokal
Menurut Lucky Esa, dengan demikian para pelaku bisnis tersebut tidak betul-betul keluar dan menyerah dengan bisnis lamanya atau quit, namun hanya beralih sejenak kepada hal-hal baru hingga menunggu pandemi Covid-19 berakhir.
"Nanti apakah setelah pandemi Covid-19 berakhir para pelaku bisnis akan melanjutkan hal-hal tersebut, mungkin saja bisa dengan menjadikan hal-hal baru yang mereka pernah jalankan selama pandemi sebagai bisnis sampingan ke depannya," katanya.
Selain itu, pengamat bisnis tersebut juga menyarankan agar para pelaku bisnis mulai melakukan redesain terhadap value propositions pada bisnis masing-masing selama pandemi Covid-19 ini.
"Kita mengajak untuk perlu melakukan redesain terhadap value proprositions dengan melakukan observasi bisnis, apa yang sesungguhnya menjadi kendala saat ini, apa yang menjadi tantangan, bagaimana kita menjadi sebuah solusi," ujar Lucky Esa.
Baca juga: Pengamat sarankan pelaku bisnis jalankan empat langkah ini saat COVID
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020