Kami koordinasikan dulu karena yang tahu apanya yang diretas kan mereka (Tokopedia). Yang diretas itu apa, yang tahu siapa. Makanya biar internal dulu dari mereka
Jakarta (ANTARA) - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan Polri belum menerima laporan terkait kebocoran data pribadi akun pengguna platform belanja online Tokopedia yang dijual di dark web.
Polri pun mempersilakan pihak-pihak yang dirugikan atas bocornya data pribadi akun pengguna Tokopedia untuk melapor ke polisi. Menurut Argo Yuwono, Polri masih menunggu hasil penyelidikan internal Tokopedia untuk mengetahui pasti mengenai data yang diretas.
"Kami koordinasikan dulu karena yang tahu apanya yang diretas kan mereka (Tokopedia). Yang diretas itu apa, yang tahu siapa. Makanya biar internal dulu dari mereka," kata Argo saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Wakil Ketua Komisi I DPR minta Tokopedia bertanggung jawab
Kendati demikian, menurut dia, penyidik tetap secara proaktif melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus ini. "Polri proaktif melakukan lidik (penyelidikan)," ujar mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini.
Sebelumnya, anggota Komisi I asal Partai Amanat Nasional, Farah Putri Nahlia menyebut bocornya data pengguna Tokopedia adalah hal yang sangat memalukan.
"Polri harus proaktif melakukan penyelidikan kepada Tokopedia dengan UU ITE dan UU Perlindungan Konsumen supaya kebocoran data ini menjadi terang benderang," ucap Farah melalui siaran pers, Senin (4/5).
Farah menilai Tokopedia tidak cukup hanya mengimbau pengguna supaya mengganti kata kunci saja. Dia juga meminta e-commerce bertanggung jawab atas bocornya data pengguna.
Farah menegaskan, Komisi I DPR akan mengawal kasus tersebut dari tahap penyelidikan, penyidikan hingga ke pengadilan.
Baca juga: Kasus data bocor Tokopedia, UU PDP perlu diselesaikan
Kasus kebocoran data pengguna Tokopedia pertama kali terungkap setelah seorang peretas mengklaim memiliki data dari 15 juta pengguna Tokopedia dan menjualnya di dark web.
Data yang diretas, seperti yang diumumkan peretas berupa nama, alamat email dan kata kunci yang terenkripsi. Belakangan, diduga kebocoran data ini menimpa pengguna dalam jumlah yang lebih besar, sebanyak 91 juta pengguna.
Sementara Kemkominfo menyatakan kemungkinan data yang diambil adalah nama, alamat email dan nomor ponsel.
Platform belanja online Tokopedia dalam keterangan pada Sabtu (2/5) lalu membenarkan ada upaya peretasan ke sistem pertahanan mereka. Namun, data-data penting pengguna tetap terlindungi.
Tokopedia menyatakan prioritas mereka saat ini adalah mengenai keamanan data pengguna, menyusul kebocoran data jutaan pengguna mereka.
"Sekali lagi kami tekankan, keamanan data pengguna adalah prioritas Tokopedia karena bisnis kami adalah bisnis kepercayaan," kata VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak.
Baca juga: Mampukah kasus Tokopedia percepat pembahasan RUU PDP?
Baca juga: Tokopedia: keamanan data prioritas kami
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020