Jakarta (ANTARA News) - Peniliti Senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) Saiful Mujani, mengatakan, pasangan capres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono mendapat dukungan dari semua suku bangsa di Indonesia.
"Dari beberapa suku kami kelompokkan menjadi lima suku bangsa, yakni suku Jawa, Sunda, Bugis, Melayu dan Minang," kata Saiful, di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan hasil survei Exit Poll LSI 8 Juli usai pencontrengan, pasangan SBY mendapat dukungan pemilih yang berasal dari suku Minang 86 persen, Bugis 28 persen, Sunda 65 persen, Jawa 64 persen dan Melayu 62 persen.
Sedangkan pasangan Megawati Soekarnoputri (Mega)-Prabowo mendapat dukungan pemilih dari suku Jawa 32 persen, Melayu 28 persen, Sunda 27 persen, Minang sekitar 6 persen dan Bugis sekitar 2 persen.
Pasangan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto mendapatkan dukungan pemilih dari suku Bugis 70 persen, Melayu 14 persen, Minang 9 persen, Sunda 8 persen dan Jawa 7 persen.
Sedangkan pilihan capres/cawapres menurut wilayah agama, pasangan SBY mendapat dukungan dari Islam sekitar 62 persen, Kristen 52 persen, Katolik 48 persen, Hindu 46 persen.
Pasangan capres Mega lebih besar mendapat dukungan dari agama Hindu sekitar 53 persen, Katolik 46 persen, Kristen 42 persen dan Islam sekitar 24 persen.
Selanjutnya, kata Saiful, pasangan capres JK mendapat dukungan dari agama Islam 13 persen, Kristen 6 persen, Katolik dan Hindu masing-masing 1 persen.
Burhanudin Muhtadi, peniliti dari LSI menambahkan, perkiraan tersebut dihasilkan dari Exit Poll dengan menggunakan sampel 1.948 yang berhasil diwawancarai dengan margin of error satu variabel pokok kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Exit Poll, merupakan sistem untuk mengetahui kepemilihan pasangan capres/cawapres dengan cara mewawancarai sebagian dari pemilih yang baru selesai menggunakan hak pilihnya di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Dengan demikian, exit poll tidak hanya menampilkan angka statistik tetapi juga berusaha menampilkan profil dari pemilih mulai dari alasan kenapa memilih pasangan capres, tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
"Jadi, hasil yang didapat dari sistem exit poll lebih cepat dan bervariasi dibanding quick count, selain itu diperoleh gambaran detail tentang alasan seseorang memilih salah satu calon satu dengan calon lainnya," kata dia.
Sedang hitung cepat cenderung menampilkan data statistik saja, berupa angka-angka yang didapat dari TPS yang tersebar di seluruh indonesia secara random. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009