Gunungkidul (ANTARA News) - Peternak babi di Kabupaten Gunungkdul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam tiga bulan terakhir terus merugi rata-rata lima juta rupiah setiap bulan.
"Akibat ditemukannya kasus flu babi, saya rugi sekitar lima juta rupiah setiap bulan," kata Subroto, peternak babi di Desa Bogor, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Kamis.
Ia mengungkapkan, harga jual babi juga terus merosot akibat terus turunnya permintaan daging babi.
Harga jual ternak babi kini hanya Rp9.000/kg, turun seratus persen dibanding sebelum ada kasus flu babi yang mencapai Rp17.000 hingga Rp20.000/kg, katanya.
Penghasilan peternak babi tidak cukup untuk mengganti biaya pembelian pakan ternak dan operasional setiap hari.
Biaya operasional kini semakin tinggi, peternak harus mengeluarkan biaya antara Rp18 juta hingga Rp20 juta setiap bulan, sedangkan hasil penjualan babi hanya Rp13 juta hingga Rp14 juta setiap bulan.
"Saya mulai mengurangi populasi babi, jika empat bulan lalu jumlahnya 350 ekor, saat ini yang saya pelihara hanya 200 ekor," katanya.
Peternak babi lainnya, Hartono mengatakan para peternak bisa gulung tikar jika harga babi terus merosot. "Saya berharap kasus flu babi bisa diatasi sehingga harga ternak dan daging babi bisa kembali normal."
Menurut dia, sebelum ada kasus flu babi, peternak setiap bulan mampu mengirimkan 100 ekor ke berbagai daerah, tetapi kini turun menjadi 50 ekor per bulan. Pengiriman ternak babi ke pembeli ini pun dijual dengan harga murah karena harga di pasar terus merosot.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Gunungkidul, R Setyawan mengatakan, untuk mengantisipasi mewabahnya flu babi, akan terus meningkatkan pengawasan dan menyemprotkan desinfektan ke kandang babi.
"Selain melakukan sterilisasi, kami juga mengecek sanitasi, makanan dan vaksin untuk babi," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009