Pemerintah mempersiapkan 'exit strategy'  pandemi COVID itu sendiri agar masalah di kesehatan tidak merembet ke sektor-sektor yang lain

Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku pemerintah sedang menyiapkan exit strategy atau strategi keluar bagi perekonomian Indonesia terkait perlambatan penyebaran COVID-19.

"Beberapa perkiraan di bulan Mei akan ada tappering off jadi tentu pemerintah mempersiapkan exit strategy pandemi COVID itu sendiri agar masalah di kesehatan tidak merembet ke sektor-sektor yang lain," katanya di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Airlangga: Pertumbuhan ekonomi kuartal I sesuai prediksi pemerintah

Airlangga menyampaikan hal tersebut seusai mengikuti rapat terbatas dengan topik "Antisipasi Dampak Kekeringan Terhadap Ketersediaan Bahan Pangan Pokok" yang dipimpin Presiden Jokowi melalui konferensi video.

Pada Senin (4/5/2020), Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan terjadi perlambatan penyebaran COVID-19 di beberapa daerah khususnya di Ibu Kota Jakarta, sementara secara umum, kasus baru menurun sampai 11 persen.

Baca juga: Gugus Tugas sebut kasus baru COVID-19 turun hingga 11 persen

"Seperti yang diprediksi, dari segi pertumbuhan terjadi demand shock apalagi kuartal kedua pemerintah menerapkan PSBB untuk memotong penyebaran COVID-19, pemotongan ini diharapkan dari segi kesehatan siklus yang terjadi tidak terjadi akselerasi," tambah Airlangga.

Namun, ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 tetap akan positif seperti prediksi Economist Intelligence Unit (EIU).

"Prediksinya yang masih positif pertumbuhannya adalah China, India, dan Indonesia. Pemerintah dalam APBNP 2020 mematok pertumbuhan 2,3 persen, jadi ini senada dengan 213 negara di global dan kita masih dalam posisi positif," tambah Airlangga.

Penurunan pertumbuhan ekonomi itu disumbangkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga serta ekspor dan impor.

"Ekspor-impor menurun karena memang banyak negara shutdown' tentu kita mengharapkan ada program exit strategy dengan metode normal baru dimana pabrik harus menjalankan protokol COVID-19, relaksasi aturan, namun tetap memakai masker dan lainnya, hal ini sedang disiapkan BNPB," lanjutnya.

Menurut Airlangga, rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat sejumlah catatan terkait performa ekonomi Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi kita yaitu kuartal pertama 2020 seperti diperkirakan akibat pandemi COVID-19 masih positif 2,97 persen dan kita proyeksi di APBNP 2020 itu sekitar 2,3 persen. Oleh karena itu, kita harus terus menjaga pertumbuhan dimana terlihat dari segi konsumsi turun ke 2,8 persen dan juga dari segi pembentukan modal maupun ekspor impor mengalami penurunan. Penurunan dari segi impor sudah minus 2,19 persen," jelas Airlangga.

Baca juga: BPS: Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97 persen pada triwulan I 2020

Dari sisi inflasi, BPS mencatat tingkat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08 persen yang lebih rendah dibanding April 2019 sedangkan inflasi tahunan masih 2,57 persen dan lebih rendah dibanding 2019.

Inflasi April 2020 disebabkan karena kenaikan harga tiga komoditas yaitu bawang merah, emas perhiasan dan gula pasir. Bawang merah menyumbang andil inflasi dalam periode ini sebesar 0,08 persen, diikuti emas perhiasan 0,06 persen dan gula pasir 0,02 persen.

Baca juga: Indef minta pemerintah dorong konsumsi lewat perluasan bansos

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020