Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengirimkan utusan khusus untuk berpartisipasi dalam rangkaian KTT G-8 di L`Aquila, Italia, 8-10 Juli, memenuhi undangan Presiden Italia sebagai Ketua G-8 (kelompok negara maju delapan) periode 2009.
Kehadiran Indonesia dalam forum tingkat tinggi itu, menurut keterangan dari Departemen Luar Negeri di Jakarta, Rabu, akan diwakili oleh Utusan Khusus Presiden RI yaitu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dan Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar.
Dalam rangkaian KTT G-8 kali ini, Indonesia akan terlibat pada pembahasan isu-isu strategis yaitu perdagangan, energi dan lingkungan hidup (perubahan iklim) pada pertemuan Major Economies Forum, 9 Juli 2009, serta pembahasan isu ketahanan pangan yang akan diikuti oleh seluruh peserta rangkaian KTT G-8 pada 10 Juli 2009.
Target utama dari pembahasan di bidang energi dan perubahan iklim adalah adanya suatu kesepakatan bersama yang dituangkan dalam suatu deklarasi para pemimpin yang tergabung dalam Major Economies Forum (forum kekuatan ekonomi), untuk mengambil langkah-langkah segera guna mengatasi persoalan kelangkaan energi dan menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca.
Isu perubahan iklim merupakan tantangan nyata bagi komunitas global. Dari pembahasan isu itu, diharapkan adanya penguatan komitmen bersama bagi pembangunan berkelanjutan dengan teknologi ramah lingkungan menuju kegiatan ekonomi dengan tingkat emisi karbon rendah, berdasarkan prinsip-prinsip yang disepakati dalam kerangka UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
Salah satu elemen penting sebagai hasil konkrit yang diharapkan dari pembahasan isu energi dan iklim adalah peningkatan pendanaan dan ketersediaan sumber daya untuk mitigasi dan adaptasi dari dampak perubahan iklim, terutama bagi negara-negara berkembang.
Selain itu diharapkan pula kemitraan strategis antara pemerintah, organisasi internasional, kalangan swasta dan non-pemerintah dapat terus diperkuat.
Di sisi lain, target utama dari pembahasan di bidang ketahanan pangan adalah adanya suatu pernyataan bersama mengenai inisiatif ketahanan pangan global.
Bagi Indonesia, isu ketahanan pangan merupakan isu krusial karena langsung menyentuh kehidupan masyarakat di semua lapisan, terutama petani kecil di pedesaan.
Walaupun harga komoditas pangan telah turun dari puncaknya pada krisis pangan tahun 2008 yang lalu, harga tersebut masih relatif tinggi dibandingkan dengan sebelum krisis. Selain itu komoditas pangan masih sangat rentan akan perubahan harga. Hal itu dapat memicu meningkatnya ketidakpastian dan mempengaruhi ketahanan pangan nasional maupun global.
Diharapkan melalui pertemuan KTT G-8 itu, para pemimpin dunia dapat memperkuat komitmen untuk tetap menjadikan isu ketahanan pangan termasuk pertanian, pembangunan pedesaan dan pembangunan berkelanjutan menjadi perhatian bersama, baik di tingkat nasional, regional maupun di tingkat internasional, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009