Takalar, Sulsel (ANTARA News) - Warga yang tengah mengikuti pemungutan suara Pilpres di Desa Aeng Toa, Galesong Utara, Takalar, Sulawesi Selatan, Rabu, dikagetkan oleh suara ledakan keras.

Bukan bom, ledakan itu berasal dari sebuah suar, perangkat sejenis kembang api yang biasa digunakan pelaut sebagai tanda untuk meminta bantuan.

Seorang warga, Daeng Tompo, yang tengah membakar sampah di dekat kuburan keluarga, tidak menyadari bahwa di antara tumpukan sampah yang dibakarnya terdapat suar.

Suar bermerek "Marine Red Parachute Flare Signal" itu meledak ketika terbakar bersama sampah dan suara ledakannya cukup keras.

Mendengar suara ledakan, Kades Aeng Toa, Muhammad Junaid, yang tengah memantau jalannya pemungutan suara langsung menghubungi petugas kepolisian setempat.

Setelah menyisir, petugas Polsek Galesong Utara dan anggota Kodim 1426 Takalar, menemukan tiga suar lain yang masih utuh.

Jenis Suar yang ditemukan antara lain, dua Rocket Parachute Flare Signal dan satu Marine Red Parachute Flare Signal.

Kekuatan jangkauan ledakan mencapai 300 meter, dengan suhu rata-rata 30 derajat celcius hingga 65 derajat celcius. Panjang sekira 27 Centimeter dengan diameter 4,2 centimeter, keseluruhannya berwarna kuning.

Kapolres Takalar, AKBP Andi Asdi menegaskan, ledakan tersebut bukan berasal dari bom, namun murni berasal dari suar atau kembang api yang biasa digunakan pelaut untuk meminta bantuan.

"Ledakan ini bukan berasal dari bom, namun alat bantu yang biasa digunakan pelaut untuk memberikan sinyal keberadaannya," ujarnya.

Asdi juga mengimbau kepada seluruh masyarakat agar peristiwa tersebut tidak dikait-kaitkan dengan penyelenggaraan Pilpres. Meskipun, kata dia, lokasi ledakan hanya berjarak sekira 50 meter dari TPS di Dusun Aeng Toa.

"Kami berharap agar peristiwa ini jangan diarahkan ke Pilpres. Sebab, keadaan sekarang ini diketahui sangat sensitif. Semoga saja Pilpres kali ini berjalan lancar, aman dan tertib," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009