Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis pagi, merosot 100 poin, karena pelaku pasar kembali memburu dolar AS dipicu kekhawatiran kemungkinan masih berkepanjangannya krisis keuangan global.

"Masih belum ada titik nadir mengendornya krisis keuangan global, meski Amerika Serikat telah mengeluarkan paket stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonominya," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Kamis.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp11.175/11.225 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.075/11.100 atau turun 100 poin.

Kelesuan pasar global, menurut dia akan terus menekan rupiah, karena pelaku pasar lebih percaya memegang dolar AS ketimbang mata uang Indonesia itu.

Karena itu, Bank Indonesia (BI) berusaha menjaga dan mengkontrol pergerakan kedua mata uang di bank-bank asing yang aktif bermain valuta asing agar mereka tidak bergejolak lebih jauh, katanya.

Menurut dia, krisis global yang terus terjadi diperkirakan tidak akan berakhir pada tahun ini masih akan berlanjut hingga tahun 2010.

Kelesuan pasar global kemungkinan akan berakhir apabila semua negara maju berusaha mengatasi dengan mengucurkan dananya ke pasar global, katanya.

Kondisi ini, lanjut dia mengimbas ke negara-negara Asia khususnya Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi yang semula ditargetkan di atas 6 persen diperkirakan akan berkisar antara 4,5-5 persen.

Namun pemerintah Indonesia berusaha meningkatkannya dengan berbagai upaya seperti mengucurkan dana kredit kepada Kredit Usaha Rakyat lebih besar lagi.

Selain itu juga menyediakan dana sebesar Rp51,2 triliun untuk meningkat sekor riil agar dapat tumbuh lebih baik dan tidak hanya berjalan ditempat, tuturnya.

Menurut dia, rupiah pada penutupan sore nanti diperkirakan akan kembali melemah, namun pergerakan rupiah terhadap dolar AS masih di atas level Rp11.000 per dolar dalam jarak yang tidak jauh.

Hal ini disebabkan BI terus melakukan pengawasan agar rupiah tidak terpuruk hingga mendekati angka Rp12.000 per dolar AS, ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2009