Jakarta (ANTARA News) - Gelombang besar selebrasi kehidupan dan musik Michael Jackson selalu menarik perhatian banyak publik berdekade-dekade lamanya dan mengatrol rating tayangan banyak saluran televisi, termasuk di Eropa.

Apapun yang berkaitan dengan kehidupan sang bintang pop, termasuk upacara penghormatan terakhir di Staples Center di pusat kota Los Angeles, akan selalu menarik perhatian masyarakat, kendati mungkin tak akan menyamai suasana pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana 30 tahun silam atau konser Live Aid pada 1985.

Pernikahan istana itu disebut-sebut menyita perhatian 750 juta pemirsa televisi, sedangkan Live Aid menarik perhatian 400 juta penonton.

Kalau dibandingkan dengan keadaan kini, jumlah pemirsa sebesar itu hanya bisa disaingi oleh acara pelantikan Presiden Barack Obama yang disiarkan di jam tayang utama yang di AS saja menarik 40 juta pemirsa.

"Acara ini tepat waktu (dengan prime time). Kami akan menayangkan analisis sebelum dan sesudah acara, termasuk juga atraksi utama, dan kami akan menyiarkannya ke seluruh penjuru Eropa, serta seluruh pelosok Inggris Raya, melalui layar berdefinisi tinggi," kata Produser Ekeskeutif BSkyB Tim Gallagher.

Saluran TV Inggris BBC, RTL dari Jerman, TF1 dari Prancis, Nine dari Australia dan NHK dari Jepang juga menurunkan kru lapangan mereka untuk meliput upacara penghormatan terakhir itu. Michael benar-benar populer tak hanya di dalam negeri AS namun juga di luar AS.

Di Brazil, liputan mengenai hikayat Michael Jackson juga berlangsung semarak, dimana stasiun Globo menjadi saluran yang paling antusias menayangkannya.

Selain itu, para penggemar dan media massa seluruh dunia tumpah ruah di sekitar Staples Center, Los Angeles yang sudah dijejali pengunjung sejak jauh-jauh hari.

"Acara ini semacam peristiwa yang disiarkan TV dimana semua orang ingin menontonnya, setidaknya menjadi bagian darinya," kata seorang produser kepada The Hollywood Reporter.

Sang produser mengaku persiapan stasiun televisinya serupa dengan persiapan ketika menghadapi pertandingan final olahraga besar atau pertunjukkan-pertunjukan raksasa.

Uniknya, pada acara ini, pihak penyelenggara tidak memberikan tempat khusus atau VIP atau karpet merah, termasuk kepada para selebritis dan tokoh yang bakal menghadiri acara itu. Mereka bebas keluar masuk dan berbaur dengan orang-orang biasa.

Sementara hanya TV ABC yang menempatkan kameranya di seluruh balkon Teater Nokia yang bersambungan dengan Stadion Staples Center. Stasiun TV ini bahkan berani mengeluarkan 10.000 dolar AS (Rp96 juta) untuk bisa berada di pintu masuk stadion sehingga bisa meliput dengan sudut yang pas.

Sementara itu, diantara bintang yang bersiap manggung adalah Stevie Wonder, Mariah Carey, Kobe Bryant, Smokey Robinson, Brooke Shields, Jennifer Hudson, Lionel Richie, Usher dan John Mayer.

Pesta jalanan yang dilakukan spontan tumpah ruah menyelimuti sekitar 500.000 orang atau lebih yang juga ingin menghormati kehidupan si raja pop.

Kebanyakan dari jaringan televisi besar di luar negeri akan meliput langsung acara itu, diantaranya MTV, VH1, BET dan TV One.

E! berencana menyelenggarakan liputan sehari penuh tentang Michael Jackson, sedangkan MTV akan meluncurkan brand baru bertajuk Saluran "Michael Jackson Television" pada 1 Agustus, bertepatan dengan hari ulang tahun ke-28 jaringan televisi kabel itu.

Tidak hanya para pecinta musik yang akan tertarik ke layar televisi untuk menyaksikan penghormatan kepada Michael, para pemberi utang pun terpaksa menaksir lagi betapa menggiurkannya warisan si bintang pop itu dan betapa tinggi citra dan assetnya sehingga mereka tergoda mengeksploitasinya.

Bahkan warisan, rekaman dan barang kenangan yang ditinggalkannya sangat bernilai sehingga bisa menutupi utangnya yang kabarnya menggunung itu.

Tak ada yang mengetahui pasti berapa banyak harta warisannya, namun sebagai gambaran harga tiket masuk ke Staples Center saja dihargai 5.000 dolar AS (Rp48 juta) di eBay dan Craigslist, sementara dari mengunduh lagu-lagunya di Internet, sudah terkumpul pendapatan 200.000 dolar AS (Rp1,9 miliar).

Seperti Elvis, Marilyn Monroe atau bahkan Lucille Ball, apa yang ditinggalkan Michael bertahan hingga berdekade-dekade ke depan.

Bahkan daya tarik finansial Michael telah menggoda Wall Street dimana dalam dua dekade terakhir ini sejumlah perusahaan penyedia dana rela mengguyurkan jutaan dolar AS ke kantung si mega bintang, kendati karirnya terus meredup.

Nah kini, lembaga-lembaga pemberi pinjaman ini menikmati buahnya dengan menanti seberapa besar kekuatan imperium keuangan Michael.

Colony Capital, Fortress Investments dan Bank Barclays memompakan puluhan juta dolar AS ke kantong sang biduan, yang kemudian dibelanjakan MIchael untuk membeli barang-barang antik seperti lukisan abad ke-19 karya pelukis Prancis Adolphe Bouguereau, sampai kostum khusus untuk Bubbles, simpanse kesayangannya.

Dana besar dari bank itu membuat Michael terus mempermak gaya hidupnya, diantaranya dengan berpesta dari Vegas sampai Dubai.

Colony misalnya, menutup utang Michael beberapa tahun lalu dengan menukarkannya dengan mayoritas saham di Neverland, sedangkan dana pembelian Neverland itu dipakai Michael untuk menyelenggarakan tur comebacknya sebelum akhirnya meninggal pada 25 Juni.

"Selalu ada pertautan antara dunia selebriti dengan keuangan, dan ini hanya terjadi pada tahun-tahun belakangan ini," kata Ian Peck, Presiden Art Capital Group, sebuah perusahaan yang khusus memberikan pinjaman kepada selebritis dan orang-orang kaya.

Kini, para pengutang Michael memperoleh untung dari pesona selebritas sang bintang meski dia pernah dililit utang dan dihadapkan pada kasus pelecehan anak pada 2005.

Si Raja Pop juga diuntungkan oleh krisis ekonomi hebat yang kini sedang melanda AS sehingga nilai asetnya meningkat. (*)


Sumber: The Hollywood Reporter, 7 Juli 2009

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009