Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan jika seluruh elemen masyarakat bergotong royong, memiliki disiplin yang kuat dan berkomitmen yang tinggi dalam penanganan COVID-19 maka diperkirakan kondisi di Indonesia akan makin membaik di Juni 2020.

"Komitmen kita kalau menjalankan ini dengan baik, Insyaa Allah pada Juni dan Juli 2020 semuanya sudah lebih baik lagi dibanding sekarang. Kita bisa mengendalikan secara maksimal sehingga bisa menuntaskan permasalahan ini dan hidup lebih lebih baik lagi dengan kondisi yang mengarah ke lebih normal," kata Yurianto dalam konferensi video di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Senin.

Yurianto menuturkan transmisi penularan lokal COVID-19 harus betul-betul diwaspadai. Penyakit tersebut tidak mengenal batas usia, golongan dan pekerjaan, sehingga semua orang berisiko untuk tertular dan juga berisiko untuk menular ke siapapun.

Untuk itu, seluruh masyarakat harus bersatu untuk bersama-sama mengendalikan dan menangani COVID-19.

Baca juga: Pemerintah distribusikan catridge TCM percepat penanganan COVID-19

Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 terbanyak di DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan

"Kami mengingatkan bahwa COVID-19 hanya dapat dicegah dengan disiplin yang kuat dan dengan semangat gotong royong yang tidak terputus," tuturnya.

Yurianto mengajak masyarakat untuk bisa berperan tetap tinggal di rumah, tidak bepergian dan tidak mudik karena potensi penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat terjadi selama perjalanan bepergian atau mudik. Ketika tertular, maka berpotensi menularkan kepada keluarga dan warga di kampung halaman.

"Kita tidak bisa memberikan jaminan keamanan sepanjang perjalanan mudik. Sangat mungkin kita akan kontak dekat dengan orang tanpa gejala saat di kendaraan umum misalnya saat di terminal, di stasiun, di area istirahat, jika menggunakan jalan tol atau di tempat-tempat umum lainnya di sepanjang perjalanan," ujarnya.

Yurianto mengatakan pandemi COVID-19 adalah masalah dunia bukan hanya masalah 12 negara, 12 provinsi atau 12 kabupaten di dalam negara. Tapi, COVID-19 adalah masalah bersama. Dan semua orang berisiko tertular.

"Ini masalah bersama. Oleh karena itu mutlak untuk kita pahami sehingga tidak ada lagi yang mengatakan bahwa saya aman karena saya berada di tempat yang tidak ada kasus, saya merasa tidak aman karena saya berada di tempat yang banyak kasus, semua memiliki kemungkinan yang sama," tuturnya.

Oleh karena itu, kehati-hatian harus dilaksanakan secara bersama-sama. Seluruh masyarakat berpartisipasi aktif dalam penanganan COVID-19 dan mengikuti seluruh arahan pemerintah.

"Kita yakin dengan bergotong-royong melawan COVID-19 dan terintegrasi secara baik mulai dari pusat sampai ke desa, RT, RW sampai dengan keluarga maka kita bisa menghadapi ini dengan baik," ujarnya.

Yurianto juga meminta masyarakat untuk menghilangkan stigma atau tidak mendiskriminasi orang yang sembuh dari COVID-19 dan tenaga kesehatan yang terjun dalam penanganan penyakit itu. Semua harus saling menghormati, menghargai, mendukung dan membantu.*

Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 jadi 1.954 orang, kasus positif capai 11.587

Baca juga: Jubir Pemerintah: COVID-19 jadi bencana nasional karena berdampak luas

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020