London (ANTARA News) - Perhatiannya pada anak-anak mengantarkan Peggy Melati Sukma, bintang sinetron Indonesia, menduduki jabatan World President "Arts of The Children", suatu institusi internasional yang menaruh perhatian khusus terhadap seni dan anak anak.
Sebagai World President of "Arts by Children", Peggy Melati Sukma memimpin perwakilan dari berbagai negara seperti Inggris, Austria, Jerman, Belanda, Bangladesh, India dan juga para ahli dan aktivis.
"Arts by Children" (ABC) memiliki komitmen terhadap anak-anak di seluruh dunia sebagai generasi penerus, ujar Peggy yang memiliki nama panjang Raden Peggy Melati Purnama Dewi Sukma.
Dengan mengacu kepada pemenuhan hak terhadap anak yang tertuang dalam Konvensi PBB, "Arts by Children" berusaha menggunakan kekuatan seni dan budaya untuk mengakomodir kepentingan anak dalam memperoleh kebebasan berekspresi, serta menggali seluruh potensi yang ada demi masa depan yang lebih baik.
Kepedulian tersebut diwujudkan melalui kegiatan seni dan budaya dengan mendukung berbagai lembaga kesenian dalam mewujudkan kehidupan sosial dan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak di seluruh dunia.
Dalam masa kepemimpinannya wanita kelahiran Cirebon 13 Juni 1976 dengan status Cum Laude mendapat tugas mewujudkan beberapa program diantaranya mengelar malam dana yang diadakan di London, Inggris.
Konser musik yang sekaligus peluncuran malam dana bertema "The Long and Winding Road" merupakan acara spektakuler yang penampilan lima ribu anak-anak Inggris dalam acara kabaret dan opera.
Anak anak dari berbagai sekolah di Inggris membawakan 34 lagu karya musisi legendaris Inggris The Beatles diantaranya Ticket to Ride, a Hard Day's Night dan Can't Buy Me Love.
Dalam acara malam dana yang hasilnya disumbangkan untuk Arts by Children and Global Angels itu, Peggy Melati Sukma menyampaikan sambutan dihadapan ribuan penonton menyaksikan konser "Voices of Better World".
Nama Indonesia
Sebagai World President "Arts of The Children", Peggy yang memiliki segudang aktivitas dan prestasi menyampaikan sambutan dan dalam kesempatan itu ia juga tidak lupa memperkenalkan nama Indonesia.
Mengenakan baju batik, dalam sambutan singkatnya selama dua menit Peggy Melati Sukma memperkenalkan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan lebih dari 200 juta penduduk serta mengajak hadirin mengunjungi Indonesia.
Dalam kesempatan itu ia juga menyampaikan ucapan terima kasih pada anak anak sekolah di Inggris yang menyukseskan konser tersebut serta mengajak mereka beserta anak-anak di belahan dunia lain untuk mewujudkan dunia yang lebih baik melalui seni.
Councellor KBRI London Herry Sudrajat menyaksikan konser amal tersebut merasa bangga sekaligus berterima kasih dengan Peggy yang telah peduli dan ikut perkenalkan Indonesia di konser yang dihadiri ribuan penonton dan anak sekolah tersebut.
Suatu investasi yang sangat besar untuk mendorong citra baik Indonesia serta turisme ke Indonesia, ujar Herry Sudrajat.
"Konsentrasi saya memang pada anak anak saya juga nggak tahu kenapa, terutama mereka yang membutuhkan penanganan khusus," ujar Peggy Melati Sukma kepada koresponden ANTARA London.
Istri Wisnu Tjandra mengatakan bahwa sejak kecil dirinya terbiasa didik oleh kedua orang tuanya untuk selalu belajar dan belajar.
Belajar dan belajar merupakan suatu keharusan dalam keluarga putri dari Raden Ating Sukma dan Aty Latieva Attamimi yang dikenal lewat perannya sebagai Iteung dalam sinetron Si Kabayan.
Peggy mengakui dirinya diberi keleluasan oleh kedua orang tuanya untuk mengenyam pendidikan dan ia juga ingin hal yang sama juga dapat dirasakan oleh anak anak lainnya.
Keterlibatannya dalam pekerjaan sosial khususnya anak anak, Peggy mengakui bahwa dunia selebriti yang melekat dalam dirinya memang sangat jauh beda dengan pekerjaan sosial yang ditekuni
Menurut Peggy, meskipun kedua orang tuanya hidup sangat sederhana, namun ia memperoleh banyak kegiatan dan mengikuti berbagai ekstra kurikuler. "Saya rasa itu yang membuat karakter saya seperti ini sekarang belajar disiplin sosiaslisasi mengasah kreativitas jadi anak yg kreatif," ujarnya.
Peggy mengaku bahwa ia juga ingin anak anak Indonesia mendapatkan pendidikan seperti yang diperolehnya pada masa kanak kanan. "Sayangnya tidak semua anak yang memperoleh kesempatan seperti saya," akunya menambahkan terutama anak anak yang tidak berpunya.
Peggy mengatakan bahwa sebagai pekerja sosial ia ingin memberikan kesempatan kepada anak anak Indonesia seperti dirinya. Hal itu yang membuat dirinya mendirikan yayasan yang bernama Yayasan Prakarsa yang dibentuknya bersama rekan rekannya. Ia juga mendirikan Yayasan Cinta Kita yang khusus membantu pendidikan anak anak tak mampu.
Dikatakannya dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang selebriti, ia banyak mendapat tugas negara sebagai duta dan wakil Indonesia untuk mengikuti `World Art Performance` di Pakistan.
Peggy yang menulis buku My Wish ditunjuk sebagai Duta Pendidikan Kesetaraan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) November 2006.
Bersama Nirina Zubir, Marcellino Lefrand, Edwin Manangsang, dan Teuku Zacky, Peggy diangkat menjadi Duta Teknologi oleh Kementerian Riset dan Teknologi.
Peggy menyebutkan ia juga ditunjuk Menteri Pemberdayaan Perempuan, Meutia Farida Hatta menjadi duta Indonesia untuk berbicara di PBB guna membahas UU Perlindungan Perempuan di New York.
Menurut Peggy keterlibatannya dalam bidang sosial tidak saja berkaitan dengan persoalan anak anak tetapi juga keluarga dan pendidikan, modernisasi serta kekerasan dalam rumah tangga,
Perpaduan antara statusnya sebagai selebriti dengan social activity akhirnya mengantarkan Peggy yang menjadi nominasi Artis Wanita Terfavorit Indonesia Kategori Komedi Panasonic Award (1999), berinteraksi dengan komunitas internasional.
Berbagai penghargaan diterima Peggy diantaranya nominasi Pembawa Acara Talkshow Wanita Terfavorit Tabloid Citra untuk acara "Obralan Pagi" (1996), Nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik Kategori Komedi Festival Sinetron Indonesia dalam Si Kabayan (1997)
Selain menjadi nominasi Artis Wanita Terfavorit Indonesia Kategori Komedi Panasonic Award dalam "Gerhana" (1999), Peggy merupakan salah satu 10 Best Young Profesional of The Year versi Yayasan Profesi Indonesia.
Peggy yang pernah menjadi juru bicara Perlindungan Perempuan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York juga pernah ditugasi menjadi penanggungjawab Acara Puncak Hari Anak Nasional.
Dikatakannya konsepsi yang dimilikinya adalah memberikan anak anak kesempatan anak untuk aktif, berbicara dan berekspresi.
Diakuinya dalam perjalanannya sebagai pekerja seni maka hal tersebut terbawa. Apa yang dilakukannya adalah memberikan kesempatan kepada mereka melalui art atau seni.
World Children
Dikatakannya pada tahun 2006 dalam World Children yang diadakan di Jerman Peggy memaparkan konsep yaitu memberikan kesempatan kepada anak anak melalui seni dan bekerja bersama sama
Peggy juga menyampaikan bahwa pada tahun yang sama, ia berangkat ke Jerman untuk mengikuti pementasan di festival teater anak-anak tingkat dunia di Lingen, Jerman.
Peggy yang menjadi bintang tamu dalam teater tanah airku pimpinan Jose Rizal Manua juga pernah bermain wayang orang dalam pementasan `Srikandi Larasati Kembar` di Gedung Kesenian Jakarta.
Kerja seni merupakan pekerjaan yang membutuhkan tim work tidak bisa dilakukan hanya sendiri saja, ujar Peggy yang merilis album Aku Kangen Padamu (1998) dan My Wish (2000).
Diakuinya konsepnya tidak langsung diterima, namun ia tidak kehilangan semangat dan konsep yang diajukan Peggy adalah bagaimana wold essembel diciptakan oleh anak anak.
Tidak heran dalam gebrakan pertamanya digelar konser yang melibatkan sekitar lima ribu anak sekolah dasar dari berbagai sekolah di Inggris menampilkan gerak dan lagu lagu dari grup band legendaries Inggris The Beatles.
Dalam periode masa jabatan Peggy Melati Sukma mendapat kesempatan untuk membawa nama Indonesia dalam mewujudkan beberapa program yang akan dilaksanakan diantaranya Fund Raising Concert, World Children's Performing Arts Ensemble, World Children's Congress, World Children's Art Exhibition, Arts Orphanages for Children dan World Arts Exchange Network.(*)
Oleh Oleh Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009