Sambil diiringi drum band, unjuk rasa yang melibatkan warga di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Astanajapura, Lemah Abang dan Pangenan tersebut mendatangi lokasi proyek tol di Desa Japura Kidul menuntut agar jalan penghubung Desa Cipati dengan Desa Lemah Abang tidak dipindahkan ke atas jalan tol karena akan menyulitkan para tukang becak.
"Kalau jalan umum dinaikkan ke atas jalan tol akan menyengsarakan para tukang becak," kata Samsudin, korlap unjuk rasa.
Massa yang sebagian besar diikuti para pemuda desa dan anak-anak kecil tersebut berjalan dari desa masing-masing sambil membawa spanduk ukuran besar memprotes pembangunan tol tersebut.
Dua tuntutan lain yang disampaikan para pengunjuk rasa adalah tuntutan agar rel kereta api yang sudah tidak berfungsi tidak dibongkar.
"Rel kereta di desa Astanajapura masih bermanfaat untuk jalan pintas para petani mengangkut hasil panennya ke desa seberang. Selain itu akibat adanya jalan tol ini mngakibatkan jalan di Desa Kendal jadi menikung tajam yang sangat berbahaya bagi pengguna jalan tersebut. Kami minta semuanya ditinjau ulang," lanjut Samsudin.
Setelah cukup lama berorasi, akhirnya Samsudin dipertemukan dengan pimpinan proyek pembangunan tol PT Adikarya, Suarma.
Perwakilan PT. Semesta Marga Raya (SMR) sebagai penanggung jawab proyek tol Kanci-Pejagan akan menerima semua aspirasi warga Astanajapura dan sekitarnya pada hari Senin (6/7) .(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009