Mamuju (ANTARA News)- Tim kampanye nasional pasangan calon pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) pasangan SBY-Boediono di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), meminta agar masyarakat tidak berpikir negatif tentang pernyataan Alfian Mallarangeng.

Hal tersebut dikatakan tim kampanye nasional pasangan SBY-Boediono, Mayor Jendral purnawirawan Salim Mengga menanggapi penyataan Andi Mallarangen dalam acara rapat akbar kampanye SBY-Boediono di Mamuju, Jumat.

Acara rapat akbar itu diwarnai dengan berbagai orasi politik tim kampanye nasional dan daerah pasangan SBY-Boediono di Sulbar tersebut, juga diwarnai pelantikan organisasi relawan Benteng Kedaulatan (BK) Provinsi Sulbar itu

Juga dihadiri sekitar 2000 orang kader dan simpatisan serta relawan pendukung pasangan capres cawapres SBY-Boediono yang bernomor urut dua tersebut

Salim juga mengingatkan masyarakat tidak mudah terpancing dengan segala sesuatu yang belum diketahui kebenarannya.

Pernyataan Alifian Mallarangeng saat kampanye nasional calon presiden (Capres) SBY-Boediono, di GOR Andi Mattalatta, Rabu (1/7) menjadi bahan perbincangan masyarakat Sulawesi Selatan.

Pernyataan Mallarangen yaitu "belum saatnya putra Sulsel Presiden", Menurut Salim harus dipelajari kebenarannya jangan lansung memvonis pernyataan Andi Mallarangeng itu melecehkan martabat orang Sulawesi Selatan.

Ia meminta agar semua pihak dalam pilpres ini tidak berpikir negatif dan tidak mudah terpancing dengan isu-isu yang dapat memecah belah persatuan bangsa.

Sementara itu ia Ketua Dewan Pimpinan (DPP) BK Provinsi, Sulbar yang merupakan organisasi pendukung SBY-Boediono, Abid Alimuddin Lidda mengatakan, pernyataan Andi Mallarangen dinilainya telah di politisir untuk seolah-olah menjadi isu sara.

Menurut dia, jika seperti itu maka hanya akan memperkeruh masalah dan dapat memecah belah bangsa ini.

"Mestinya pernyataan harus dicek dulu kebenarannya jangan tiba-tiba memvonis bahwa isu itu telah memancing isu SARA, semua pihak harus lebih dewasa berpolitik," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009