Ramadhan pada dasarnya menekankan bagaimana kita senantiasa melakukan produktivitas dalam segala hal dalam beribadah, dalam bekerja.
Jakarta (ANTARA) - Ramadhan adalah bulan kemenangan. Ramadhan menekankan bagaimana kita menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa, yang ketika tiba di akhir Ramadhan kita menjadi orang-orang yang beriman.
Ramadhan juga menekankan kepada kita bahwa sejatinya umat Islam itu adalah umat yang ahli melaksanakan ibadah, ahli melakukan puasa. Maka tidak heran jika ketika membuka lembaran sejarah, kita akan menemukan generasi Salaf kita mampu menorehkan prestasi, mampu mencatatkan sejarah gemilang dalam peradaban Islam, adalah ketika mereka sedang berpuasa di bulan Ramadhan.
Kita melihat misalnya, kemenangan yang ditorehkan umat Islam ketika Perang Badar. Perang Badar adalah salah satu perang yang kemudian membuka kemenangan-kemenangan umat Islam selanjutnya dan membuka mata kafir Quraisy atau non Muslim saat itu bahwasanya entitas umat islam ada dan sangat kuat.
Ini adalah salah satu gambaran yang diberikan Allah SWT. Ketika pasukan umat Islam di Perang Badar yang hanya berjumlah 313 orang, bisa mengalahkan ribuan orang pasukan kafir Quraisy. Peristiwa besar itu terjadi ketika bulan suci Ramadhan.
Beberapa abad selanjutnya lagi, kita juga dipertunjukkan bagaimana umat Islam menggunakan semangat mereka ketika puasa Ramadhan. Mereka mencatatkan kemenangan saat menaklukkan Andalusia atau Spanyol pada era sekarang.
Baca juga: Pesan Hanung Bramantyo untuk Iqbaal Ramadhan
Panglima umat Islam ketika itu Thariq bin Ziyad mengobarkan semangat umat Islam agar mereka tidak gentar menghadapi musuh dengan membakar kapal-kapal mereka di Selat Gibraltar untuk kemudian berjihad menghadapi musuh. Maka yang terjadi kemudian adalah umat Islam berhasil menaklukkan Andalusia dan itu juga terjadi pada bulan Ramadhan.
Ramadhan pada dasarnya menekankan bagaimana kita senantiasa melakukan produktivitas dalam segala hal dalam beribadah, dalam bekerja, termasuk bagaimana Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih dekat lagi dengan keluarga.
Baginda Rasulullah SAW selalu memperlihatkan perhatian beliau untuk beritikaf di penghujung akhir bulan Ramadhan. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah RA, dia mengatakan, "Pada bulan Ramadhan, Rasulullah biasanya tidur dan bangun malam, tapi jika telah masuk sepuluh hari terakhir, beliau mengencangkan ikat pinggang, menjauhi istri-istrinya, dan mandi di waktu antara Magrib dan Isya".
Rasulullah mengencangkan ikat pinggang itu adalah sebuah kiasan bahwa Rasulullah lebih bersemangat lagi pada penghujung akhir Ramadhan. Beliau mengajak keluarganya untuk senantiasa meningkatkan volusme beribadah terutama di sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Ini tentu merupakan sebuah indikator yang sangat kuat bahwa Ramadhan mengajarkan kita agar senantiasa produktif dalam segala hal. Semoga Ramadhan kali ini menjadikan kita sebagai pribadi-pribadi yang bertakwa. Pribadi yang hari ini lebih baik dari kemarin, bukan pribadi-pribadi yang hari ini lebih jelek dari hari kemarin.
*) Ustadz M Nashih Nasrullah adalah seorang dai (penceramah)
Baca juga: Dari Perancis gaungkan pesan persatuan di Idul Fitri
Pewarta: Ustadz M Nashih Nasrullah *)
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020