Ada satu fenomena sosial yang saya pandang memprihatinkan, dalam penanganan masalah kesehatan semacam ini, sudah tentu para tenaga kesehatan menjadi ujung tombak. Mereka berjuang sekuat tenaga tak kenal waktu merawat para pasien COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengaku prihatin dengan adanya segelintir masyarakat yang memperlakukan tenaga medis yang berjuang digaris depan melawan COVID-19 dengan tidak manusiawi.
Panglima TNI mengatakan hal itu saat memberikan orasi ilmiah pada acara wisuda secara daring yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sabtu.
"Ada satu fenomena sosial yang saya pandang memprihatinkan, dalam penanganan masalah kesehatan semacam ini, sudah tentu para tenaga kesehatan menjadi ujung tombak. Mereka berjuang sekuat tenaga tak kenal waktu merawat para pasien COVID-19," kata Hadi dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga: Hadapi COVID-19, Panglima TNI: Seluruh komponen bangsa harus bersatu
Menurut Panglima TNI, mereka mengorbankan keselamatan dirinya sendiri untuk membantu dan melayani orang lain. Seharusnya melihat hal seperti itu, masyarakat luas memberi apresiasi.
Namun, ternyata, ada sebagian masyarakat yang bertindak sebaliknya. Dalam penanganan masalah kesehatan semacam ini sudah tentu para tenaga kesehatan menjadi ujung tombak.
"Mereka berjuang sekuat tenaga tidak mengenal waktu merawat para pasien COVID-19. Dan karena sifat virus itu, para dokter dan tenaga medis lainnya harus bekerja dalam kondisi yang sangat tidak nyaman, selama berjam-jam menggunakan alat pelindung diri (APD)," tuturnya.
Dia pun mempertanyakan, apakah saat ini memang semua orang sudah kehilangan semangat kekeluargaannya.
Baca juga: Panglima TNI beri solusi masalah ventilator di Wisma Atlet
"Apakah kita sudah kehilangan semangat kekeluargaan, gotong royong, dan jiwa ketimuran yang selama ini kita banggakan? Fenomena ini dapat menjadi bahan penelitian sosial. Apakah ini dampak kemajuan teknologi komunikasi melalui media sosial yang membuat kita semakin individualis?" kata Panglima TNI mempertanyakan.
Fenomena itu dapat menjadi bahan penelitian sosial bagi lembaga pendidikan. Fakultas yang ada di setiap perguruan tinggi di Indonesia seharusnya tertantang, untuk membangun kemampuan negara dalam menghadapi pandemik COVID-19, ataupun tantangan masa mendatang.
"Potensi yang muncul saat pandemik COVID-19 harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas dan dunia pendidikan dalam berinovasi," ujarnya.
Pada acara wisuda periode II Tahun 2020, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar wisuda secara daring atau online untuk pertama kalinya. Dalam wisuda yang digelar secara daring tersebut diikuti sebanyak 259 wisudawan.
Baca juga: Panglima TNI mutasi jabatan 329 Perwira Tinggi
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020