Jakarta (ANTARA News) - Satu juta lebih anak usia sekolah di Indonesia putus sekolah karena ketidakmampuan ekonomi keluarga, kata Direktur Pemasaran Waterboom Jakarta Pantai Indah Kapuk Riana Bismark, mengutip data BPS 2007.
Riana pada acara penandatanganan kerja sama penggalangan dana pendidikan antara Waterboom dan Sampoerna Foundation (SF) di Jakarta, Rabu, mengatakan, jumlah tersebut diperkirakan terus meningkat pasca-krisis finansial pada 2007 dan 2008.
"Berdasarkan data Depdiknas tahun ajaran 2007, terdapat 1.039.067 anak usia sekolah harus meninggalkan bangku sekolah, ini sangat memprihatinkan," kata dia.
Sedangkan data BPS hingga kini hanya 3,3 persen dari seluruh penduduk Indonesia yang mengenyam bangku perguruan tinggi.
"Tingginya anak putus sekolah tersebut menggugah keinginan kami untuk membantu masyarakat dengan cara menghimpun dana melalui pengunjung yang datang ke Waterboom," kata dia.
Teknisnya, setiap pengunjung lokasi wahana rekreasi air atau waterboom akan diminta untuk menyumbang Rp5 ribu pada saat membeli tiket masuk, dan hasilnya akan diserahkan kepada SF selaku pelaksana penyaluran sumbangan itu.
Dengan demikian, harga tiket masuk waterboom yang sebelumnya Rp180 ribu per pengunjung menjadi Rp185 ribu, dengan catatan, bila mereka bersedia menyumbang.
Namun bila pengunjung menolak, harga tiket tetap seperti tarif awal, karena tanda bukti sumbangan terpisah dengan tanda bukti pembelian tiket.
"Sumbangan tersebut akan dikelola dengan profesional dan terbuka serta bisa diaudit kapan saja," kata dia.
Pada musim liburan saat ini, kata Riana, pengunjung waterboom rata-rata mencapai seribu orang dan pada akhir pekan mencapai 2.000 orang.
Pada hari biasa, kata dia, jumlah pengunjung berkisar antara 700 orang hingga 1.000 orang.
Perjanjian yang sama juga dilakukan di Waterboom Bali dan berlaku selama satu tahun. "Kita berharap kerjasama penggalangan dana ini berlangsung selamanya sampai anak Indonesia sekolah semua," kata dia.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009