Jakarta (ANTARA News) - Para pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan bersaing dalam pemilihan presiden (pilpres) 8 Juli 2009 harus siap menerima kekalahan dan sportif .
"Dalam Pemilu AS, kontestan yang kalah mengakui kekalahannya dengan tulus secara pribadi, mengucapkan selamat pada kesempatan pertama setelah hasil penghitungan suara diketahui pasti," kata guru besar emeritus Universitas Indonesia, Alwi Dahlan di Jakarta, Rabu.
"Biasanya ia berjanji akan mendukung pemerintahan yang menang kapan pun diperlukan dan menyatakan jika ada yang diperlukan dari dirinya," katanya pada dialog ilmiah tentang Pilpres 2009: Siap Kalah, Siap Menang di LIPI Jakarta.
Ia mengatakan, yang menang pun mengucapkan terima kasih, memuji ketangguhan lawannya dalam pertarungan yang baru selesai di antara mereka dan mengharapkan kerja sama selanjutnya.
Keduanya kemudian menemui para pendukungnya masing-masing, menjelaskan pembicaraan mereka berdua dan meminta para pendukung untuk kembali bahu-membahu sebagai bangsa.
"Saat itu yang menang atau kalah hanyalah diri pribadinya, yang sebenarnya meraih kemenangan adalah keutuhan bangsa dan negara untuk dipertahankan bersama. Meskipun tidak tertulis dan diatur institusi , hal itu berjalan secara wajar dan sportif," katanya.
Ia mengatakan, sikap "tidak siap kalah" sudah dikenal dan banyak dibicarakan, seperti penarikan kembali "bantuan" yang tadinya diberikan calon kepada pemilih, aksi protes atau tuntutan pemilu ulang terhadap hasil penghitungan yang serta-merta dianggap curang.
Bahkan, kata mantan Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) ini, sering terjadi perubahan perilaku normal dan stres kejiwaan.
Bagi banyak peserta, katanya, menang adalah tujuan akhir dari pemilu. Ia memberikan kepada pemenang hak mutlak untuk berperan, menjalankan kekuasaan tanpa keikutsertaan dari lawan yang kalah.
"Bagaimana pun besar kemenangannya, pemenang tidak akan mungkin dapat mewujudkan segala janji dan program yang didengungkan saat kampanye tanpa dukungan dan keikutsertaan seluruh masyarakat, termasuk mereka yang memilih lawannya," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009