Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Pasukan tempur AS bersiap meninggalkan kota terakhir Irak, Selasa, dan ditanggapi senang oleh pihak berwenang Irak sebagai kesempatan untuk memulihkan kedaulatan yang disambut gembira rakyat Irak, kendati mereka khawatir penarikan pasukan AS ini akan membuat mereka lebih rentan.
Sampai Selasa malam nanti, semua unit tempur pasukan AS harus ditarik dari semua pusat kota di Irak dan hanya digelarkan di luar markasnya, demikian bunyi pakta keamanan bilateral yang juga menyebutkan seluruh pasukan AS ditarik dari Irak pada tahun 2011 nanti.
Unit tempur militer AS terakhir meninggalkan pusat kota Baghdad, Senin, untuk ditarik mundur ke dua markas besar utamanya di bandara ibukota Irak, sementara penarikan dari kota-kota Irak lainnya sedang berlangsung. Beberapa prajurit yang bertugas melatih dan menjadi penasihat untuk pasukan Irak, akan dipertahankan.
Juru Bicara Pentagon Bryan Whitman mengungkapkan, AS telah menutup atau mengembalikan 120 pangkalan dan fasilitas militernya kepada otoritas lokal Irak, dan dijadwalkan mengalihkan atau menutup 30 kamp militer lainnya Selasa ini. Namun pihak berwenang tidak memberikan rincian mengenai hal ini.
Selasa ini, militer AS menyatakan bahwa empat tentaranya dari Divisi Multinasional di Baghdad tewas akibat pertempuran Senin, namun tidak ada keterangan rinci mengenai hal ini.
Pemerintah Irak berencana merayakan penarikan mundur pasukan AS 30 Juni ini, dimana Perdana Menteri Nuri al-Maliki mengumumkannya sebagai "Hari Kedaulatan Nasional" dan hari libur nasional.
Perayaan itu akan termasuk parade militer di kawasan paling berbahaya di Baghdad, yaitu Zona Hijau yang merupakan kompleks pemerintahan dan diplomatik, yang dianggap orang Irak sebagai simbol nyata dari pendudukan militer asing sampai kemudian diserahkan dalam penguasaan lokal Januari lalu.
Pasukan Irak memulai selebrasinya sendiri, Senin, dengan berpawai mengendarai Humvee dan kendaraan tempur lainnya dikalungi bunga serta bendera kebangsaan Irak. Sementara coretan-coretan memenuhi dinding kota Baghdad yang umumnya rusak berbunyi, "Irak, bangsaku, kemuliaanku, kehormatanku."
Maliki menyebut penarikan pasukan AS ini sebagai kemenangan dan membandingkannya dengan perlawanan suku-suku Irak menghadapi bekas penjajah Inggris pada 1920.
Kebanyakan orang Irak melihat penarikan mundur ini telah memulihkan kebanggaan mereka yang hilang selama enam tahun sejak invasi AS untuk menggulingkan Saddam namun kemudian berubah menjadi pendudukan asing.
"Jelas sudah, pasukan kita mengendalikan semuanya sekarang. Penarikan mundur pasukan AS adalah langkah yang positif," kata Dawood Dawood, 38, yang memiliki toko peralatan mandi di pusat kota Baghdad.
Beberapa orang lainnya mengkhawatirkan bangkitnya lagi kekerasan, dengan ketidakhadiran pasukan AS mengamankan kota-kota Irak, kendati pangkalan pasukan AS ini tetap berada dekat kota sehingga dengan cepat bisa digelarkan lagi.
Para militan telah meningkatkan serangannya dalam minggu terakhir, termasuk dua pemboman terbesar dalam kurun setahun ini yang menewaskan 150 orang dan membangkitkan keraguan mengenai apakah pasukan Irak siap menangani masalah keamanan di Irak.
Senin lalu, sebuah upaya bom mobil menewaskan 10 orang di kota Mosul, Irak utara.
"Mereka itu unsur-unsur ekstremis yang berupaya menarik perhatian utuk menggagalkan penarikan mundur ini," kata Jenderal Ray Odierno, panglima pasukan AS di Irak kepada CNN, Minggu, seraya menambahkan intensitas serangan masih rendah.
Berdasarkan pengalaman kekerasan bermotif kekuasaan yang membawa Irak kedalam perang saudara sektarian pada 2006-2007, banyak orang Irak bersetuju dengan Odierno.
"Peledakan-peledakan itu bagai gelembung di udara yang pada akhirnya berhenti suatu hari," kata Ahmed Hameed (38) yang adalah pengangguran.
Di banyak kasus, para analis menyatakan Irak harus mengambilalih secara bertahap, setelah Presiden Barack Obama berencana mengakhiri misi tempur pasukan AS di Irak sampai 31 Agustus tahun depan.
"Jika AS ingin mengakhiri stretegi mundur yang sukses, maka mereka harus mengakhirinya di tangan Maliki," kata Tim Ripley, dari Mingguan Jane's Defence.
Namun situasi politik masih sulit dikendalikan dimana ketegangan meningkat diantara para pejabat di Baghdad dan minoritas Kurdi di Irak Utara, dan semuanya tertuju pada beberapa bulan mendatang saat berlangsung pemilu yang akan menguji pemerintahan Maliki dan demokrasi di Irak.
Tenggat waktu untuk penarikan tentara AS ini bertepatan dengan pelaksanaan tender energi besar pertama sejak 2003. Sejumlah pemimpin perusahaan minyak dunia terbang ke Baghdad untuk mendapatkan peluang mengusahakan ladang-ladang minyak utama Irak yang merupakan negara bercadangan minyak terbesar ketiga di dunia. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009