Jakarta (ANTARA News) - Warga negara Indonesia yang pernah menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Irak, Elly Anita, menerima penghargaan "pahlawan antiperdagangan manusia" dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

"Penghargaan kepada Elly merupakan usaha pemerintah AS untuk menghentikan praktik perdagangan manusia di seluruh dunia," kata Duta Besar AS, Cameron R Hume, pada acara penyerahan di Kedutaan Besar AS, di Jakarta, Senin.

Elly merupakan satu dari sembilan orang dari seluruh dunia yang dimasukkan dalam laporan tahunan "Trafficing-in-Person" (TIP) di Departemen Luar Negeri AS.

Elly berhasil melarikan diri dari Irak setelah mendapat bantuan dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Saat masih berada di Irak, Elly mengaku mendapat perlakuan kasar dari agen yang menyalurkannya untuk bekerja di sana.

Setelah berhasil kembali ke Indonesia, Elly bersama aktivis "Migrant Care", Wahyu Susilo, memperjuangkan TKI yang diperlakukan kasar maupun yang ditahan majikan di luar negeri agar dapat pulang ke kampung halaman.

Pada kesempatan itu, Wahyu Susilo juga menerima penghargaan yang sama, karena melalui organisasi "Migrant Care" berhasil memulangkan 16 TKI lainnya.

Sejak tahun 2001, Deplu AS setiap tahun mengeluarkan laporan Trafficing-in-Person (TIP) yang berisi usaha pemerintah untuk menghentikan praktik perdagangan manusia.

Direktur Badan Pemantau dan Penentang TIP Deplu AS, Luis CdeBaca, dalam diskusi di Kedubes AS mengatakan praktik perbudakan modern tersebut terus menghantui dunia.

"Praktik perdagangan manusia telah menghancurkan kehidupan jutaan orang, baik fisik maupun psikis," kata Luis CdeBaca.

Diperkirakan 800 ribu laki-laki, perempuan, dan anak-anak telah diperdagangkan di berbagai perbatasan antarnegara setiap tahunnya, kata dia.

Sedangkan jutaan orang lainnya diperjualbelikan di dalam batas wilayah negara, ujar dia menambahkan. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009