Yogyakarta (ANTARA News) - Nelayan pantai Samas, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merintis usaha budidaya perikanan laut sistem karamba di muara pantai, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan cuaca yang mengakibatkan mereka tidak dapat melaut.
"Karamba di muara pantai ini masih dalam taraf uji coba, harapan kami jika berhasil maka dapat menjadi alternatif budidaya ikan laut," kata Mugari (34), nelayan pantai Samas yang memprakarsai karamba muara pantai, Minggu.
Menurut dia, karamba ini dibuat di `segara anakan` atau muara pantai yang tidak terlalu banyak terkena gelombang pasang agar tidak mudah hanyut.
"Selama ini para nelayan hanya mengandalkan mencari ikan dengan melaut, dan ini sering menghadapi kendala jika gelombang laut sedang tinggi atau cuaca yang mengakibatkan nelayan tidak berani melaut," katanya.
Ia mengatakan dengan budidaya ikan laut melalui karamba ini diharapkan jika kondisi cuaca tidak memungkinkan maka nelayan masih dapat mengelola karamba dan ada alternatif usaha selain dari ikan tangkapan.
"Dengan budidaya sistem karamba ini maka jika hasil tangkapan kurang menggembirakan atau cuaca tidak memungkinkan untuk melaut maka nelayan dapat menangkap atau memanen ikan dari karamba," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dirinya bersama dengan rekannya sesama nelayan Tri Jarwanto semula ragu untuk mengembangkan budidaya ikan sitem karamba muara pantai ini karena selama ini muara pantai Samas selalu berubah-ubah bentuknya sesuai dengan besaran air laut Pantai Samas yang melimpah ke muara atau suangan.
"Awalnya kami memang ragu untuk membuat keramba, namun dengan kondisi laut yang tak menentu maka kami nekat untuk mencoba usaha keramba yang belum pernah dilakukan nelayan maupun warga lain di Pantai Samas," katanya.
Mugari mengatakan, untuk mewujudkan niatnya membangun usaha budidaya ikan sistem keramba, ia bersama dengan Tri Jarwanto memberanikan diri mencoba merakit karamba dari bambu dan gabus.
"Kami berdua membeli sekitar 15 batang bambu untuk membuat keramba dan agar keramba mengapung kami juga mencari gabus yang banyak tersebar di pinggir pantai," katanya.
Ia menambahkan setelah selesai dirakit dan keramba sudah mengapung selanjutnya diberi jala yang berfungsi menjaga ikan yang ditabur dalam keramba tidak hilang dan hanya berenang di dalam jaring yang dipasang di keramba.
"Biaya pembuatan karaba ini mencapai sekitar Rp2 juta, dan awalnya keramba akan diisi dengan bibit ikan bandeng yang didatangkan dari Gunungkidul, namun karena saat ini belum tersedia maka diganti dengan jenis ikan nila emas yang relatif tahan penyakit dan harganya tidak terlalu mahal," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009