Tegucigalpa (ANTARA News/AFP) - Pasukan Honduras menangkap PresidenManuel Zelaya dalam insiden yang tampaknya kudeta militer Minggu untukmenghentikan rencananya melakukan referendum konstitusi, dalam sebuahlangkah yang menyulut kekhawatiran global.

"Pasukan telahmembawa presiden dari rumahnya ke (pangkalan) angkatan udara," katasekretaris pribadi presiden, Enrique Reina, kepada wartawan.

"Kami sedang dalam proses mengajukan keluhan internasional," katanya,sementara Zelaya diterbangkan keluar dari negara Amerika Tengah itumenuju Costa Rica.

Ketika tiba beberapa jam kemudian, Zelaya mengatakan kepada televisiCosta Rica, ia menjadi "korban penculikan" dan "kudeta", sebagai bagiandari pesekongkolan oleh anggota-anggota militer untuk mendongkelnyadari kekuasaan.

Seorang tetangga mengatakan kepada televisi Radiocadena Voces, sekitar200 prajurit menyerbu rumah Zelaya ketika fajar sekitar pukul 06.00 danrumahnya tetap dikepung oleh pasukan bersenjata berat, menurut laporanwartawan foto AFP.

Zelaya, yang terpilih pada 2006 untuk masa jabatan empat tahun yangtidak bisa diperbarui, berencana mengadakan pemungutan suara Mingguuntuk meminta rakyat Honduras menyetujui referendum yang akan datangmengenai pemilihan dirinya lagi sebagai presiden setelah masajabatannya berakhir pada Januari.

Referendum yang direncanakan Zelaya itu telah dianggap ilegal olehpengadilan tinggi negara itu dan ditentang oleh militer, namun presidentersebut mengatakan bahwa ia akan terus maju dengan rencana itu dankotak-kotak suara sudah didistribusikan.

Presiden AS Barack Obama menyatakan sangat prihatin atas perkembanganyang terjadi di Honduras, sementara Uni Eropa (EU) mendesak pembebasanZelaya.

"Saya mendesak semua aktor politik dan sosial di Honduras menghormatinorma-norma demokrasi, aturan hukum dan prinsip-prinsip PiagamDemokrasi Antar-Amerika," kata Obama dalam sebuah pernyataan.

"Ketegangan dan perselisihan yang timbul harus diatasi melalui dialog yang bebas dari campur tangan luar," katanya.

Menteri Luar Negeri Ceko Jan Kohout, yang negaranya kini mendapatgiliran menjadi ketua EU, mengatakan, "EU mendesak pembebasan segerapresiden dan pemulihan konstitusi secepatnya."

Insiden yang tampaknya kudeta itu merupakan kejadian dramatis terakhirdalam ketegangan politik dalam beberapa hari terakhir ini.

Pekan lalu Zelaya memecat panglima tinggi militer Jendral Romeo Vasquezdan juga menyetujui pengunduran diri Menteri Pertahanan EdmundoOrellana, setelah para panglima militer menolak membagikan kotak-kotaksuara untuk pemungutan suara Minggu.

Para pemimpin angkatan darat, marinir dan angkatan udara juga mengunduran diri.

Dalam penolakan atas langkah presiden itu, Mahkamah Agung Hondurasmemutuskan dengan suara bulat Kamis untuk memulihkan lagi jabatanVasquez, dan ratusan prajurit bersiaga akhir pekan lalu di Tegucigalpa.

Zelaya, yang terpilih sebagai tokoh konservatif, beralih secara dramatis ke haluan kiri selama kepresidenannya.

Ia adalah orang terakhir dalam daftar panjang pemimpin Amerika Latinyang mencakup Presiden Venezuela Hugo Chavez yang mengupayakanperubahan konstitusi untuk memperluas kekuasaan presiden danmemperpanjang masa jabatan.

Chavez juga mengecam penangkapan Minggu itu sebagai "kudeta" dan menuduh AS terlibat dalam pendongkelan Zelaya itu.

Para wakil dari negara-negara Amerika mengadakan pertemuan daruratMinggu untuk membahas situasi itu dan mengecam penggulingan presidentersebut.

Kongres Honduras pada Kamis malam menyetujui rencana-rencana untukmenyelidiki Zelaya dan mungkin akan mengumumkannya sebagai tidak mampumemerintah.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009