Malang (ANTARA News) - Dewan Pembina Muhammadiyah Prof Dr Amien Rais, menegaskan, warga Muhammadiyah tidak bisa diarah-arahkan apalagi didikte dalam menentukan pilihannya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 8 Juli mendatang.

"Warga Muhammadiyah bebas menentukan pilihannya dan mereka tidak bisa didikte apalagi diarahkan untuk memilih salah satu pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dalam pilpres Juli nanti," tegas Amien Rais usai memberikan ceramah Tabligh Akbar Muhammadiyah di UMM Dome Malang, Minggu.

Mantan Ketua MPR RI itu juga menegaskan, warga Muhammadiyah tidak mungkin hanya "nomplok" pada salah satu pasangan capres-cawapres saja. Mereka bisa menyebar kemana saja termasuk ketiga pasangan capres-cawapres dalam Pilpres 2009 ini.

Amien mencontohkan, selama ini warga Muhammadiyah tidak dibatasi dalam gerakan dan pilihan politiknya, mereka juga menyebar ke berbagai parpol seperti PAN, PBB, Partai Golkar, PPP dan masih banyak parpol lain yang didalamnya ada kader Muhammadiyahnya.

Menurut pendiri PAN itu, dari tiga pasangan capres-cawapres semuanya ada unsur Muhammadiyahnya.

Pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) ada istri JK adalah Aisyiyah, pasangan Megawati-Prabowo (Mega-Pro) ada keturunan Muhammadiyah, dimana ayah Megawati (Bung Karno) adalah pengurus Muhammadiyah di Bengkulu dan Fatmawati juga Aisyiyah.

Sedangkan pasangan Capres-Cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono (SBY-Boed), tegas Amien, adalah sahabat Muhammadiyah.

Ia mengemukakan, dirinya hanya berpesan agar warga Muhammadiyah menggunakan hak pilihnya melalui pemahaman yang mendalam terhadap capres-cawapres yang ada.

Selain itu, juga harus memenuhi tiga kriteria pokok yakni harus berani melepas badan moneter dunia (IMF) dan kroninya, bisa mengayomi umat Islam serta perhatian terhadap perilaku buruk yang berkembang di masyarakat.

"Saya yakin warga Muhammadiyah sudah dewasa dan cerdas sehingga bisa menentukan pilihannya sesuai kriteria umum sebagai capres-cawapres serta sesuai kemantapan hatinya," tegas Amien.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009