Mataram (ANTARA News) - Pesawat Lion Air MD 190 dengan nomor penerbangan 652 jurusan Jakarta - Mataram tergelincir ketika mendarat di Bandara Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu, sekitar pukul 14.18 Wita.
Pesawat naas yang membawa penumpang sekitar 155 orang dan tujuh awak pesawat itu tergelincir dengan posisi badan pesawat melintang di tengah landasan pacu yang mengakibatkan bandara ditutup selama beberapa jam.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun ratusan penumpang tampak panik, begitu juga dengan keluarga para penumpang yang berada di ruang tunggu tampak tegang melihat peristiwa tersebut sehingga memaksa untuk masuk ke lokasi kejadian.
Menurut Airport Duty Manager Bandara Selaparang, Agus Adi Pratomo, pesawat tersebut tergelincir karena pilot salah posisi ketika akan memutar badan pesawat.
"Petugas menara telah memberikan aba-aba supaya pilot memutar pesawat di ujung landasan yang jaraknya 2100 meter, tetapi pilot memutar pesawat di meter ke 1600," ujarnya. Menurut dia, akibat dari kesalahan lokasi memutar badan pesawat itu hidrolik roda depan tidak berfungsi sehingga harus digeret ke tempat parkir pesawat yang seharusnya dengan alat penderek.
Akibat peristiwa tergelincirnya pesawat Lion Air tersebut bandara ditutup sehingga dua pesawat yaitu Garuda tujuan Jakarta dan Riau AirlineS yang dicarter Transnusa tujuan Sumbawa tertunda hingga beberapa jam.
Selain itu, sebanyak 175 penumpang pesawat Lion Air yang hendak berangkat ke Jakarta masih berada di ruang tunggu Bandara Selaparang.
Dari ratusan penumpang tersebut terdapat sejumlah anggota DPRD Provinsi Jambi yang melakukan kunjungan kerja ke NTB dan lima wartawan dari media cetak nasional seperti Kompas, Bisnis Indonesia, Gatra dan Suara Pembaruan.
"Pesawat Lion Air yang seharusnya berangkat pukul 14.20 tertunda hingga pukul 18.30 wita, para penumpang sudah diberikan informasi agar bisa memaklumi kesalahan teknis itu," ujarnya.
Sementara itu, Manager Station, Lion Air, Indra Aprianur, membantah peristiwa tersebut akibat kesalahan dari pilot.
"Pesawat hanya belok terlalu ekstrim sehingga roda depan ngeblok yang menyebabkan hidrolik roda depan tidak berfungsi dan kondisi pesawat juga laik terbang," ujarnya. (*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009