London (ANTARA News) - Sebanyak 31 seniman dari kelompok "Gambuh Desa Batuan" yang menampilkan pertunjukan seni tradisional Bali, tampil memukau dalam acara "Grotowski Year" di Wroclaw, baratdaya Polandia.
Para seniman Gambuh Bali diundang ke Polandia guna memperingati 10 tahun wafatnya Jerzy Grotowski (1933-1999), sutradara, pendidik dan ahli teater Polandia, demikian juru bicara KBRI Warsawa, Any Muryani kepada koresponden ANTARA, Sabtu.
Penampilan Gambuh Desa Batuan mendapat sambutan meriah dan antusiasme dari para pengunjung dari Polandia dan mancanegara.
Selama dua pekan, seniman dari kelompok Gambuh Desa Batuan tampil memukau tidak saja bagi masyarakat pencinta teater tradisional dari Polandia, tetapi juga wisatawan dari berbagai negara Eropa yang berkunjung ke kota Wroclaw.
Rombongan seniman tradisional Gambuh Desa Batuan dipimpin I Made Suamba, selama berada di Polandia menyelenggarakan pertunjukan yang merupakan hasil kolaborasi dengan artis-artis dari berbagai negara, selain tampil dalam pertunjukan mereka sendiri.
Gambuh Desa Batuan yang mempromosikan Indonesia juga mengadakan pertunjukan terakhir di alun-alun Kota Tua (Old Town) Wroclaw yang merupakan pusat atraksi wisatawan, Minggu (28/6).
Drama "Ur Hamlet"
Dalam acara yang bertajuk "The World as a Place of Truth", juga diadakan konperensi, seminar, penerbitan buku, pemutaran film, konser, pertunjukan dan pameran tentang Grotowski.
Terdapat pula drama "Ur Hamlet" yang merupakan penafsiran orisinal dari kisah William Shakespeare, berkolaborasi dengan 150 artis multinasional dari berbagai negara seperti Jepang, Prancis, Taiwan, Brazil, Denmark, Polandia, Italia, Argentina, Mexico, Yunani, Spanyol, India, Ceko,Turki, Inggris, Amerika, Belanda dan Swiss.
Seniman Bali menjadi peserta terbanyak dalam kolaborasi tersebut, ujar Pino Confessa, jurubicara kelompok itu mendampingi pimpinan artis I Made Suamba dalam pembicaraan dengan Dubes RI, Hazairin Pohan pada jamuan makan malam di Wroclaw,
Belum pernah ada Hamlet ditampilkan sedemikian kolosal, untuk menyiapkan pertunjukan seperti ini, menurut Pino Confessa yang juga Konsul Kehormatan Italia di Bali, sutradara Eugenio Barba melakukan riset dari berbagai musik Timur dan Barat sejak tahun 1960,
Selanjutnya, sejak tahun 2003 diadakan berbagai latihan di Denmark dan tahun 2004 di Seville, Spanyol, lalu di Bali dan akhirnya pada tahun lalu di Ravenna, Italia, ujar Pino Confessa.
Selain tampil dalam pertunjukan drama "Ur Hamlet", Gambuh Desa Batuan, Bali dengan kekuatan 31 artis tampil utuh dalam lakon Tebek Jaran dan Topeng di Teater Boneka, dan Bali "Jewels" di Rynek (Old Town), pusat keramaian wisatawan di Wroclaw.
Penampilan berbagai legenda yang berasal dari kisah-kisah tentang Pangeran Panji, yang menjadi dasar dari berbagai bentuk teater dan wayang Jawa maupun Bali.
Gambuh adalah seni pertunjukan kuno Bali, mirip dengan teater No di Jepang atau Khatakali dari India menggabungkan elemen tari, nyanyian, dialog dan musik orkestra gamelan yang mengandalkan suling gambuh.
Musik ini menggunakan empat suling kuno yang terbuat dari bambu berukuran besar, yang dimainkan dengan iringan gendang, gong dan lonceng.
Jenis teater upacara adat kuno ini hampir punah di abad ke-20, namun berkat jasa koreografer dan penari asal Italia -- Cristina Wistari Fromaggia--, Gambuh berhasil diselamatkan dan tampil di beberapa pura. Salah satu di antaranya di Pura Desa Batuan, yang menjadi asal para seniman yang tampil di Polandia. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009