Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan merekomendasikan masyarakat menggunakan aplikasi pengukur indeks cahaya ultraviolet (UV) untuk mengetahui waktu kapan baiknya berjemur untuk mendapatkan vitamin D sekaligus terbebas dari risiko bahaya sinar matahari itu sendiri.
"Install aplikasi UV Lens, nanti akan dicek kita tinggal dimana. Secara geografi, jam segini warnanya hijau artinya aman turun ke jalan, tapi kalau merah jangan keluar," kata dokter spesialis kedokteran olahraga Zaini K Saragih dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan bahwa memang betul matahari bisa membantu pembentukan vitamin D fungsional yang ada di tubuh manusia. Vitamin D fungsional yang ada di dalam tubuh baru dapat berfungsi bila terpapar sinar UV. Vitamin D ini salah satu yang berperan dalam meningkatkan imunitas tubuh.
Namun, sinar ultraviolet juga bisa menimbulkan bahaya bila terpapar dalam jumlah yang banyak dan lama. "Bahkan menurunkan fungsi imunitas, lebih parah lagi merangsang sel kanker kulit. Jadi hati-hati kalau berjemur, ada batasannya," kata dia.
Baca juga: BMKG imbau waktu berjemur sesuai indeks ultra violet
Baca juga: WHO sebut berjemur sinar matahari tak bisa cegah COVID-19
Zaini mengingatkan bahwa sinar UV tidak sama dengan tingkat kecerahan matahari yang bisa terlihat mata. Kalaupun matahari tampak tidak cerah, bisa jadi sinar UV-nya tetap ada atau bahkan banyak. Sinar UV juga bisa menembus kaca dan memantul di benda-benda, sehingga untuk mendapatkan paparan sinar UV pun tidak perlu keluar rumah.
Berdasarkan aplikasi UV Lens yang dapat diunduh di Play Store, pengguna hanya perlu mengizinkan akses lokasi untuk mengetahui indeks UV yang sesuai dengan letak geografis pengguna. Pada aplikasi tersebut tertera indikator sinar UV mulai dari tidak ada sinar ulatraviolet berwarna sian (biru kehijau-hijauan), rendah berwarna hijau, sedang berwarna kuning, tinggi berwarna oranye, sangat tinggi berwarna merah, dan ekstrem berwarna ungu.
Pada aplikasi tersebut juga diberikan informasi mengenai rekomendasi pemakaian pakaian yang menutupi kulit seperti topi, kaca mata, payung, atau tidak perlu menggunakan pelindung apapun ketika paparan sinar UV-nya rendah. Untuk wilayah Jakarta, paparan sinar UV baru mulai ada sekitar pukul 7.00, meningkat menjadi sedang ke tinggi sekitar pukul 8.30 hingga 9.30. Paparan sinar UV pukul 10.00 hingga 14.00 berada pada level sangat tinggi dan ekstrem.
Keterangan di aplikasi UV Lens menyebutkan sinar ultraviolet tidak tersedia pada waktu terbit matahari dan terbenam matahari meskipun masih terdapat cahaya terang dari sinar matahari. Hal itu dikarenakan pancaran sinar ultraviolet saat matahari berada di garis cakrawala cenderung mengarah ke atmosfer dan sulit untuk mengarah pada daratan bumi. Kebalikannya, pada saat matahari berada tepat di atas kepala pada pukul 12.00 sinar ultraviolet dengan mudah menuju bumi secara langsung sehingga indeks UV-nya cenderung tinggi.
Zaini menyarankan bagi masyarakat yang ingin berjemur sinar matahari untuk mendapatkan paparan ultraviolet minimal 10 menit dan tidak lebih dari 20 menit. Dalam rentang waktu tersebut sinar UV sudah cukup untuk membentuk vitamin D yang ada dalam tubuh.*
Baca juga: Seberapa besar pengaruh suhu dan iklim terhadap corona?
Baca juga: Polda NTB budayakan berjemur pagi cegah penularan COVID-19
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020