Rafah, Perbatasan Mesir-Palestina, (ANTARA News) - Gempuran Israel, baik dari darat, udara dan bahkan laut, terus mengakibatkan jatuhnya korban jiwa warga Jalur Gaza, Palestina, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit (RS) terdekat di pintu perbatasan Rafah, yang menghubungan Mesir dan Palestina.

Rumah sakit terdekat adalah RS El-Arish, ibukota Provinsi Sinai Utara, Mesir, kota terdekat di perbatasan kedua negara.

Korban serangan Israel yang terpantau di gerbang Rafah pada Rabu (14/1) petang sekira pukul 16.00 waktu setempat (21.00 WIB), adalah dievakuasinya 12 korban warga Gaza yang dibawa 12 ambulan dari Palestina menuju Rafah, dan kemudian dilarikan ke RS El-Arish, 40 Km dari Rafah.

Menurut dr Muhammad Ahmad Wahabi --Kepala Satgas Kesehatan di Rafah--kepada sejumlah wartawan, belasan korban itu rata-rata mengalami cedera di kepala dan patah tulang.

Namun, ia menambahkan bahwa korban diperkirakan bisa bertambah lebih dari 12 orang, karena pada saat bersamaan sebanyak 12 ambulan dari Mesir juga masuk melalui gerbang Rafah menuju Jalur Gaza.

"Biasanya waktu yang diperlukan untuk kembali (dari Gaza) tiga jam, namun setelah tiga jam, mobil ambulan (yang masuk dari Mesir) ternyata belum kembali," katanya.

Sementara itu, di Rafah, ditengah-tengah lalu-lalang ambulansa, terjadi aksi unjuk rasa dari organisai pendukung Gamal Mubarak, Sekretaris Jenderal (Sesjen) PartaiDemokratik Nasional (NDP) Mesir, yang juga anak Presiden Hosni Mubarak.

Lebih kurang 200 orang pengunjukrasa menyatakan dukungannya kepada pemerintah Mesir yang terus berupaya mendamaikan kedua belah pihak (Palestina-Israel) yang sedang berkonflik.

Gamal Mubarak, yang pada Selasa (13/1) mengunjungi korban warga Palestina di RS El-Arish, pada 2002 dipromosikan oleh ayahnya untuk menduduki jabatan ketua kebijakan publik NDP, partai berkuasa di Mesir. Jabatan itu menjadikannya sebagai salah satu orang yang paling berpengaruh di NDP, terlebih ia juga menjadi penasihat ayahnya di pemerintahan.

Di pintu gerbang Rafah, para tokoh agama Mesir di kawasan Doki, juga datang untuk menyerukan penghentian perang. Tokoh itu adalah Syeikh Muhammad Taufik, ulama Islam yang juga kolumnis di koran "Al-Yaum" dan Pendeta Kristen Koptik Shelwamy Zekry, yang sepakat agar konflik dihentikan.

"Hentikan perang, karena perang hanya membawa malapetaka, terutama untuk kaum perempuan dan anak-anak," kata keduanya.

Sedangkan serangan Israel atas wilayah Gaza yang terpantau sepanjang Rabu sore hingga petang masih tetap berlangsung, meski tidak sebanyak sehari sebelumnya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009