Samarinda (ANTARA) -
"Kondisi keluarga secara nasional mulai Sabang sampai Merauke sangat beragam sehingga bisa jadi ada yang tidak memiliki waktu pada pagi hari, maka saya mengusulkan ada program siaran tunda supaya bisa merangkul semuanya," ujar Hetifah dihubungi dari Samarinda, Kamis.
Program BDR oleh TVRI yang sudah ditayangkan sejak Senin (13/4) lalu hanya disiarkan pada pagi, sedangkan kesediaan waktu orang tua dan kepemilikan televisi setiap keluarga sangat beragam.
Menurutnya, ada orang tua yang dapat mendampingi anaknya sore hari, kemudian ada juga keluarga yang hanya punya satu televisi, sebaiknya ada program tayang ulang sehingga pelajar dapat didampingi oleh orang tua saat BDR dan tidak perlu berebut untuk menonton saat pagi.
Sebelumnya, saat rapat dengar pendapat antara Komisi X DPR RI dengan Direktur Utama TVRI dalam agenda Evaluasi Program BDR, ia juga mengungkapkan hal yang sama, sekaligus mempertanyakan kebocoran soal dan kunci jawaban dari tayangan tersebut.
"Sebelum program itu disiarkan, soal dan kunci jawabannya sudah tersebar di channel youtube. Hal ini tentu menjadikan anak tidak mau menonton mata pelajaran di TVRI, namun memilih menyontek jawaban dari youtube. TVRI harus dapat menghindari kebocoran ini agar tujuan utama pendidikan anak dapat efektif," tuturnya.
Di sisi lain ia juga mengapresiasi program ini karena BDR merupakan sebuah upaya untuk memudahkan akses pembelajaran bagi pelajar di seluruh pelosok tanah air, sehingga bermanfaat dalam pola pendidikan di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
"Program BDR oleh TVRI ini sangat bermanfaat, terutama bagi siswa di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) yang kebanyakan masih kesulitan sinyal internet," tutur politisi Partai Golkar ini.
Ia juga menyarankan TVRI melakukan pendataan mengenai jumlah penonton per daerah di seluruh pelosok tanah air, karena paparan yang diberikan oleh TVRI menunjukkan bahwa jumlah penonton masih terpusat di Pulau Jawa.
"Dari paparan TVRI, jumlah penontonnya belum tersebar merata ke pulau lainnya di Indonesia. Bahkan untuk Kalimantan, baru diwakili oleh Banjarmasin, Kalimantan Selatan," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, akan lebih baik jika TVRI dapat memberikan keterangan mengenai berapa banyak penonton yang mengakses program BDR dari berbagai daerah di luar Jawa.
"Jika TVRI menyajikan data akurat mengenai jumlah penonton di tanah air, tentu dapat menjadi indikator bahwa pelajar di daerah 3T juga menikmati tayangan pendidikan seperti pelajar di daerah lain, data ini sekaligus menjadi pemetaan untuk membuat kebijakan," katanya. ***3***
Baca juga: Strategi guru SDN Menteng Dalam atasi murid kesulitan kuota internet
Baca juga: Dukung belajar di rumah, Telkomtelstra buka akses gratis pembelajaran digital
Baca juga: Jember kembali perpanjang masa belajar dari rumah
Baca juga: PGRI minta pemerintah buat panduan belajar dari rumah
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020