Bengkulu (ANTARA News) - Musibah beruntun yang melanda tanah air belakangan ini terjadi karena masyarakat tidak pandai bersyukur dan justru menjadikan peringatan Allah sebagai obyek untuk mencari keuntungan (obyekan), kata tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Muzadi.

Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) Hasyim Muzadi di Bengkulu Rabu mengatakan, selama lima tahun ini di Indonesia selalu terjadi bencana, di laut kapal tenggelam, di darat tabrakan, di udara pesawat dan helikopter jatuh, dan tanah longsor.

Bahkan berada di jalan kena angin puting beliung, api membakar di mana-mana, belakangan halilintar menyambar-nyambar. Sementara di Jambi 50 orang dimakan harimau karena habitatnya dirusak, mereka masuk kampung dan mencari makan.

"Kenapa kapal terbangnya tentara belum perang sudah jatuh sehingga Malaysia heran. Ini mau perang dengan saya, belum dipakai sudah jatuh," ujarnya.

Apa yang sebenarnya terjadi di negeri ini?, ujar Hasyim bertanya. Orang hidup gelisah di negeri yang indah, miskin di negeri yang kaya, kekurangan gizi di tengah buah-buahan. Si miskin papa tak pernah makan ikan, padahal ikan Indonesia cukup untuk 10 kali lipat penduduk.

Di negeri orang gila, orang tidak gila akan dituduh gila sendiri, kata Hasyim yang tidak menyebut dengan jelas negeri mana yang dimaksud.

Di saat kezaliman, penyimpangan, dan ketidakadilan merajalela, orang baik dibilang bodoh. Maka Allah akan menyuruh makhluknya yang lain untuk mengingatkan umat manusia, katanya.

"Makhluk lain selain manusia, tinggal alam, binatang, dan jin. Maka bergeraklah alam untuk memberikan peringatan sesuai dengan perintah Allah kepada mereka," katanya.

Angin yang semula enak, menjadi ganas. Api yang biasanya untuk memasak jadi membakar di mana-mana. Binatang yang biasanya memberikan gizi, kini memberikan penyakit seperti flu burung. Udara sesak oleh asap.

Bagaimana binatang buas masuk kampung makan orang. Bagaimana orang sekolahan bisa pingsan bersama-sama.

Siapa yang dapat membantu? Ini kalau kembali ke syariat Insya Allah, Tuhan akan mengembalikan kerahmatan yang pernah dirasakan di waktu lalu, katanya.

Hasyim mengeluh karena banyak bencana bukan menyadarkan orang. Malah bencana diobyekkan.

"Perbuatan ini sama dengan menghina Yang Maha Kuasa. Diberi peringatan kok peringatannya diobyekkan? Yang begini (kelakuan ini) jangan dilanjutkan," katanya disambut tawa hadirin.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009