Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Tony A Prasetyantono mengatakan, perbankan saat ini masih menunggu aliran dana dari luar masuk kembali ke Indonesia (capital inflow) guna mendorong pelonggaran likuiditas sehingga dapat memberikan ruang untuk menurunkan suku bunga kreditnya.
"Saya berharap, ke depan kita masih punya dua momentum untuk menarik capital inflow, memperkuat rupiah dan memperlonggar likuiditas. Jika ini terealisasi, saya yakin bisa menjadi modal bank untuk menurunkan suku bunganya," katanya kepada ANTARA, Selasa.
Ia menjelaskan dua momentum tersebut adalah pengumuman inflasi pada bulan Juni. Bila inflasi masih sangat terkendali, hal itu akan dinilai perekonomian Indonesia masih tetap baik. Hal ini akan menarik investor untuk masuk ke Indonesia.
Kedua, menurut dia adalah pelaksanaan pemilihan presiden. Bila nantinya pemilihan presiden berjalan dengan lancar. Hal ini akan memperkukuh pandangan Indonesia yang memiliki stabilitas politik yang baik.
Ia mengatakan, beberapa waktu lalu perbankan melihat ada kondisi yang kondusif untuk menurunkan suku bunga. Hal ini di picu oleh rally penguatan nilai tukar rupiah yang bahkan mampu menembus Rp10.000 per dolar AS dan juga rally penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Namun demikian, pelemahan rupiah dalam beberapa pekan ini dan indeks yang kembali melemah membuat perbankan kembali menunggu dan melihat situasi lebih lanjut.
"Dalam sebulan terakhir lalu, mulai terjadi capital inflow, sehingga rupiah dan IHSG menguat. Namun sayangnya dalam sepekan terakhir justru terjadi lagi capital outflow. Ini akan menyulitkan sektor perbankan untuk menurunkan suku bunga," katanya.
Sementara itu, hingga kini penurunan suku bunga kredit dinilai oleh Bank Indonesia (BI) masih lambat, padahal Bank Indonesia telah menurunkan bunga acuan sejak Desember 2008 hingga Juni ini sebesar 2,5 persen menjadi 7 persen.
Namun demikian, BI dan Pemerintah menyatakan tidak akan mengintervensi bank untuk menurunkan bunga kredit.
Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang diterbitkan Bank Indonesia mencatat Desember 2008-April 2009 untuk kredit modal kerja hanya turun 29 basis poin/bps (0,29 persen), dari rata-rata 14,63 persen di Desember menjadi 14,34 persen.
Bunga kredit investasi hanya turun 40 bps (0,4 persen) dari 13,99 persen menjadi 13,59 persen. Sedangkan kredit konsumsi justru mengalami peningkatan 0,08 persen dari 15,82 persen di Desember menjadi 15,90 persen di April 2009.
Bunga DPK,untuk giro sejak Desember 2008 hingga april telah turun dari 2,95 persen menjadi2,8 persen. Untuk Deposito satu bulan turun dari 10,71 persen menjadi 8,97 persen.
Deposito tiga bulan turun dari 11,17 persen menjadi 10,11 persen, dan deposito 6 bulan turun dari 10,32 persen menjadi 10,25 persen dan deposito 12 bulan naik dari 10,34 menjadi 11,16 persen. Sementara Tabungan turun dari 3,11 persen kini tinggal 2,97 persen.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009